Labuan Bajo (ANTARA) - Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) mengimbau nelayan, pelaku pariwisata, dan pelaku aktivitas laut lainnya di Kabupaten Manggarai Barat (Mabar) agar mewaspadai potensi perubahan cuaca di laut.
"Potensi perubahan cuaca di laut seperti angin kencang dari adanya awan konvektif yang terbentuk di sekitar perairan yang dapat menyebabkan gelombang tinggi perlu diwaspadai," kata Kepala Stasiun Meteorologi Komodo Maria Seran saat dihubungi di Labuan Bajo, Sabtu.
Ia menambahkan bahwa di Selat Sape bagian utara, tinggi gelombang berada pada rentang 0,50 hingga 1,25 meter atau dalam kategori rendah, dan relatif aman bagi aktivitas pelayaran kecil, kapal wisata, dan nelayan.
Namun, di Selat Sape bagian selatan, gelombang laut diperkirakan berkisar antara 1 hingga 1,8 meter atau masuk kategori sedang yang perlu diwaspadai oleh pelaku transportasi laut dan wisata bahari.
"Pantau informasi resmi dari BMKG sebagai acuan utama dalam setiap perencanaan aktivitas," katanya.
Baca juga: BMKG: Waspada gelombang tinggi 4 meter di perairan selatan Lebak Sabtu
Sebelumnya, ia juga mengimbau warga agar membakar lahan atau sampah tanpa pengawasan yang dapat memicu meluasnya kebakaran di Kabupaten Manggarai Barat.
"Dengan kondisi cuaca panas dan kering, masyarakat juga diimbau untuk mulai menghemat penggunaan air bersih," katanya.
Ia juga mengimbau warga agar melindungi kulit dari paparan sinar matahari saat beraktivitas di luar ruangan.
"Jangan lupa menggunakan tabir surya untuk menjaga kesehatan kulit dan jaga kecukupan cairan tubuh dengan minum air putih untuk mencegah dehidrasi," katanya.
Baca juga: BMKG: Mayoritas kota besar di Indonesia diguyur hujan pada Sabtu
Maria menjelaskan wilayah Manggarai Barat, termasuk Labuan Bajo, saat ini telah memasuki musim kemarau.
Cuaca umumnya cerah hingga cerah berawan, dengan arah angin bertiup dari tenggara dan selatan dengan kecepatan 4 hingga 15 knot atau sekitar 7 hingga 28 kilometer per jam.
Suhu udara, lanjut dia, diprakirakan berkisar antara 23 hingga 33 derajat Celsius, di mana dini hari hingga pagi hari mungkin terasa lebih dingin.
Hal ini merupakan kondisi alamiah pada musim kemarau karena minimnya tutupan dan sejak matahari terbenam, bumi terus melepaskan panas ke atmosfer.
Baca juga: Hujan ringan merata di DKI Jakarta pada Sabtu malam
"Pendinginan ini berlangsung sepanjang malam dan mencapai titik terendah justru menjelang matahari terbit, saat panas belum kembali terserap oleh permukaan tanah," katanya.
Pewarta: Gecio Viana
Editor: Bambang Sutopo Hadi
Copyright © ANTARA 2025