Manado (ANTARA) - Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) menyebutkan gempa bumi dengan magnitudo 5,6 yang melanda Ternate, Maluku Utara merupakan jenis gempa dangkal akibat deformasi batuan di Lempeng Laut Maluku.
"Memperhatikan lokasi episenter dan kedalaman hiposenternya, hasil analisis menunjukkan bahwa gempa ini memiliki mekanisme pergerakan naik (thrust fault)," kata Direktur Gempabumi dan Tsunami BMKG Daryono dalam laporan yang dibagikan dalam grup percakapan "BMKG dan Stakeholders" di Manado, Minggu.
Dalam laporan itu disebutkan, gempa bumi ini dirasakan di daerah Manado, Bitung, Minahasa, Minahasa Utara, dan Tomohon dengan skala intensitas III MMI (getaran dirasakan nyata dalam rumah. Terasa getaran seakan akan truk berlalu).
Baca juga: BNPB rekonstruksi infrastruktur terdampak gempa di Sulbar
Sementara di daerah Ternate dirasakan dengan skala intensitas II-III MMI.
Dari hasil pemodelan menunjukkan bahwa gempa bumi tersebut tidak berpotensi tsunami.
Hingga pukul 19.40 WIB, hasil monitoring BMKG menunjukkan adanya aktivitas gempa bumi susulan (aftershock) sebanyak satu kali dengan kekuatan M3,0.
Pada Minggu (21/12) malam pukul 19.21.46 WIB wilayah Ternate, Maluku Utara diguncang gempa tektonik.
Hasil analisis BMKG menunjukkan gempa bumi tersebut memiliki parameter update dengan magnitudo 5,6.
Episenter gempa bumi berlokasi di laut pada jarak 132 kilometer arah barat laut Jailolo, Maluku Utara pada kedalaman 30 kilometer.
Baca juga: BMKG nyatakan gempa 5,2 di Pohuwato tidak berpotensi tsunami
Pewarta: Karel Alexander Polakitan
Editor: Riza Mulyadi
Copyright © ANTARA 2025
Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.


















































