Nusa Dua, Bali (ANTARA) - Kementerian Kependudukan dan Pembangunan Keluarga/Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (Kemendukbangga/BKKBN) merangkul tokoh agama dan masyarakat guna menekan pernikahan dini anak.
“Tidak hanya dari pemerintah, tapi kami masuk pesantren melalui kyai-kyai, tokoh masyarakat, tokoh budaya,” kata Deputi Bidang Pengendalian Penduduk Kemendukbangga/BKKBN Bonivasius Prasetya Icthiarto di sela penutupan Forum Asia Pasifik Keluarga Berencana (KB) 2030 di Nusa Dua, Kabupaten Badung, Bali, Jumat.
Menurut dia, ada beberapa wilayah tanah air yang memiliki budaya jika anak perempuan sudah menstruasi maka dianggap sudah bisa dinikahkan.
Tidak hanya karena faktor budaya, lanjut dia, ada juga pernikahan dini yang terjadi karena faktor ekonomi.
Sehingga, lanjut dia, pemerintah melakukan upaya pengentasan kemiskinan agar anak tersebut bisa dapat melanjutkan sekolah.
Ia menilai usia ideal perempuan menikah adalah 21 tahun dan laki-laki ideal adalah usia 25 tahun.
Selain menggandeng tokoh agama, masyarakat dan tokoh budaya, upaya secara kesehatan yakni melalui penggunaan alat kontrasepsi setelah melahirkan.
Ia menjelaskan di Indonesia program Keluarga Berencana (KB) setelah persalinan dilakukan 49 hari masa nifas, sedangkan menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) pemasangan alat KB dilakukan satu tahun setelah melahirkan.
BKKBN, lanjut dia, mencatat dari sekitar 1.000 orang perempuan berusia 15-19 tahun di Indonesia, ada 18 kelahiran pada 2024.
Ia menjelaskan angka tersebut masih tergolong tinggi meski terus mengalami penurunan.
Pasalnya, pernikahan atau kelahiran yang terjadi pada anak perempuan berpotensi menimbulkan risiko baik terhadap kesehatan maupun dampak sosialnya.
Sementara itu, Badan Pusat Statistik (BPS) melalui hasil Sensus Penduduk 2020 mencatat angka kematian ibu (AKI) saat melahirkan di Indonesia sebesar 189 per 100 ribu kelahiran hidup.
Data itu menjelaskan ada 189 kematian perempuan pada saat hamil, saat melahirkan atau masa nifas per 100 ribu kelahiran hidup.
Apabila dibandingkan hasil sensus pada 2010, AKI itu menunjukkan tren menurun yang saat itu mencapai 346 kematian atau turun 45 persen.
Baca juga: Wamenduk tekankan pentingnya KB jadi strategi pembangunan nasional
Baca juga: BKKBN minta peran aktif pemda tekan pernikahan dini
Baca juga: Kemendukbangga ajak Fatayat NU cegah stunting dan pernikahan dini
Pewarta: Dewa Ketut Sudiarta Wiguna
Editor: Nurul Hayat
Copyright © ANTARA 2025
Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.


















































