Tanjungpandan (ANTARA) - Bakau Institute membangun rumah literasi mangrove di Desa Juru Seberang, Kecamatan Tanjungpandan, Kabupaten Belitung, Provinsi Kepulauan Bangka Belitung sebagai pusat penelitian dan pendidikan mangrove bagi masyarakat di daerah itu.
"Kami ingin turut berkontribusi dan rumah literasi mangrove ini adalah pemantik awal saja, masih banyak program dan kegiatan lain," kata Direktur Eksekutif Bakau Institute, Agustari, di Belitung, Sabtu.
Rumah literasi mangrove Bakau Institute tersebut diresmikan oleh Wakil Gubernur Kepulauan Bangka Belitung, Hellyana didampingi Wakil Ketua DPRD Provinsi Kepulauan Bangka Belitung, Beliadi, dan Wakil Bupati Belitung, Syamsir.
Peresmian ini bertepatan dengan Hari Mangrove Sedunia Tahun 2025.
"Dengan adanya rumah literasi mangrove ini masyarakat baik mahasiswa, praktisi, maupun akademisi bisa menggunakannya untuk penelitian terkait mangrove," ujarnya.
Disampaikannya, rumah literasi mangrove Bakau Institute nantinya akan diisi dengan sejumlah kegiatan seperti riset atau penelitian, pendidikan, dan pemberdayaan masyarakat.
Baca juga: China dan Indonesia bergandengan tangan lindungi hutan bakau
"Pemberdayaan masyarakat dalam hal ini adalah kami memberikan alternatif penghidupan baru bagi masyarakat, jadi lewat restorasi mangrove nanti ke depan masyarakat bisa merasakan adanya komoditas lain yang bisa dimanfaatkan," katanya.
Alternatif penghidupan baru lewat mangrove tersebut, lanjut Agustari, adalah mengembangkan dan membudidayakan komoditas yang memiliki nilai tambah dan ekonomi bagi masyarakat seperti kepiting bakau, kerang dara, dan komoditas lainnya.
Dia tidak menampik bahwa tantangan terbesar dalam pelestarian ekosistem mangrove di daerah itu adalah konflik dengan maraknya aktivitas pertambangan bijih timah ilegal di kawasan hutan mangrove.
"Kami mencoba berkontribusi untuk menimbulkan ekonomi hijau lewat pelestarian lingkungan dan hutan mangrove, namun tentu pada akhirnya ada yang namanya konflik-konflik kepentingan di Belitung dengan tambangnya," ujar Agustari.
Ia mengatakan program pelestarian mangrove harus memberikan dampak alternatif lain untuk masyarakat khususnya alternatif ekonomi selain tambang.
"Jadi selain tambang ada alternatif lain bagi masyarakat seperti budidaya kepiting bakau, kerang dara, dan lain-lain," katanya.
Baca juga: Organisasi Jepang AEF tanam 1.000 bibit bakau di pesisir Tangerang
Baca juga: KLH ingatkan urgensi rehabilitasi ekosistem mangrove Indonesia
Pewarta: Kasmono/Apriliansyah
Editor: Riza Mulyadi
Copyright © ANTARA 2025
Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.