Bakau Institute bangun rumah literasi mangrove di Belitung

1 month ago 18

Tanjungpandan (ANTARA) - ‎Bakau Institute membangun rumah literasi mangrove di Desa Juru Seberang, Kecamatan Tanjungpandan, Kabupaten Belitung, Provinsi Kepulauan Bangka Belitung sebagai pusat penelitian dan pendidikan mangrove bagi masyarakat di daerah itu.

‎"Kami ingin turut berkontribusi dan rumah literasi mangrove ini adalah pemantik awal saja, masih banyak program dan kegiatan lain," kata Direktur Eksekutif Bakau Institute, Agustari, di Belitung, Sabtu.

‎Rumah literasi mangrove Bakau Institute tersebut diresmikan oleh Wakil Gubernur Kepulauan Bangka Belitung, Hellyana didampingi Wakil Ketua DPRD Provinsi Kepulauan Bangka Belitung, Beliadi, dan Wakil Bupati Belitung, Syamsir.

‎Peresmian ini bertepatan dengan Hari Mangrove Sedunia Tahun 2025.

‎"Dengan adanya rumah literasi mangrove ini masyarakat baik mahasiswa, praktisi, maupun akademisi bisa menggunakannya untuk penelitian terkait mangrove," ujarnya.

‎Disampaikannya, rumah literasi mangrove Bakau Institute nantinya akan diisi dengan sejumlah kegiatan seperti riset atau penelitian, pendidikan, dan pemberdayaan masyarakat.

Baca juga: China dan Indonesia bergandengan tangan lindungi hutan bakau

‎"Pemberdayaan masyarakat dalam hal ini adalah kami memberikan alternatif penghidupan baru bagi masyarakat, jadi lewat restorasi mangrove nanti ke depan masyarakat bisa merasakan adanya komoditas lain yang bisa dimanfaatkan," katanya.

‎Alternatif penghidupan baru lewat mangrove tersebut, lanjut Agustari, adalah mengembangkan dan membudidayakan komoditas yang memiliki nilai tambah dan ekonomi bagi masyarakat seperti kepiting bakau, kerang dara, dan komoditas lainnya.

‎Dia tidak menampik bahwa tantangan terbesar dalam pelestarian ekosistem mangrove di daerah itu adalah konflik dengan maraknya aktivitas pertambangan bijih timah ilegal di kawasan hutan mangrove.

‎"Kami mencoba berkontribusi untuk menimbulkan ekonomi hijau lewat pelestarian lingkungan dan hutan mangrove, namun tentu pada akhirnya ada yang namanya konflik-konflik kepentingan di Belitung dengan tambangnya," ujar Agustari.

Ia mengatakan program pelestarian mangrove harus memberikan dampak alternatif lain untuk masyarakat khususnya alternatif ekonomi selain tambang.

‎"Jadi selain tambang ada alternatif lain bagi masyarakat seperti budidaya kepiting bakau, kerang dara, dan lain-lain," katanya.

Baca juga: Organisasi Jepang AEF tanam 1.000 bibit bakau di pesisir Tangerang
Baca juga: KLH ingatkan urgensi rehabilitasi ekosistem mangrove Indonesia

Pewarta: Kasmono/Apriliansyah
Editor: Riza Mulyadi
Copyright © ANTARA 2025

Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.

Read Entire Article
Rakyat news | | | |