Jakarta (ANTARA) - Hilal adalah bulan sabit tipis yang tampak setelah terjadinya ijtima' atau konjungsi yang menandakan awal bulan dalam kalender Hijriah. Dalam Islam, hilal menjadi dasar dalam menentukan awal bulan Ramadhan, Syawal, dan bulan lainnya.
Dalam bahasa Arab, hilal berarti bulan sabit yang pertama kali muncul setelah fase bulan baru. Berbeda dengan bulan sabit pada umumnya, hilal hanya dapat diamati pada waktu tertentu, khususnya saat matahari terbenam di ufuk barat.
Cara melihat hilal
Melihat hilal dapat dilakukan dengan beberapa metode, baik secara tradisional maupun dengan bantuan teknologi modern. Berikut adalah cara-cara melihat hilal:
1. Rukyatul hilal (Pengamatan langsung)
Rukyatul hilal adalah metode melihat hilal secara langsung dengan mata telanjang atau menggunakan alat bantu optik seperti teleskop.
Pengamatan hilal ini dilakukan pada hari ke-29 bulan berjalan setelah matahari terbenam. Jika hilal terlihat, maka bulan baru dimulai keesokan harinya. Jika tidak terlihat, bulan digenapkan menjadi 30 hari.
Beberapa faktor yang mempengaruhi keberhasilan rukyatul hilal antara lain:
- Cuaca yang cerah tanpa awan.
- Posisi bulan yang cukup tinggi di atas ufuk.
- Jarak elongasi (sudut antara matahari dan bulan) yang cukup besar.
- Kemampuan pengamat dalam mengenali hilal.
2. Penggunaan alat optik
Dalam perkembangannya, rukyatul hilal kini dibantu dengan alat optik seperti teleskop atau sensor kamera yang lebih sensitif dalam menangkap cahaya hilal. Dengan alat ini, hilal yang sangat tipis dan sulit diamati dengan mata telanjang dapat dideteksi dengan lebih akurat.
3. Hisab astronomis
Hisab adalah metode perhitungan astronomis yang digunakan untuk memprediksi posisi hilal berdasarkan data peredaran bulan dan matahari. Metode ini digunakan oleh Muhammadiyah dalam menentukan awal bulan Hijriah, termasuk Ramadhan dan Syawal.
Hisab memastikan kapan hilal sudah wujud meskipun tidak terlihat dengan mata telanjang. Perhitungan ini didasarkan pada tiga kriteria utama:
- Telah terjadi ijtima' (konjungsi) antara matahari dan bulan.
- Ijtima' terjadi sebelum matahari terbenam.
- Pada saat matahari terbenam, bulan sudah berada di atas ufuk.
Tanda-tanda hilal
Agar dapat dikenali dengan baik, hilal memiliki beberapa tanda yang membedakannya dari objek langit lainnya, yaitu:
- Berbentuk sabit tipis: Hilal merupakan bulan sabit yang sangat tipis dan samar.
- Muncul setelah matahari terbenam: Hilal hanya tampak setelah matahari terbenam di ufuk barat.
- Berada di ketinggian rendah: Posisi hilal umumnya berada di dekat garis horizon.
- Muncul dalam jangka waktu singkat: Hilal hanya dapat terlihat dalam beberapa menit sebelum akhirnya tenggelam bersama matahari.
Kriteria hilal
Menurut para ahli astronomi dan lembaga keagamaan, hilal harus memenuhi kriteria berikut agar dapat dikonfirmasi sebagai awal bulan baru:
- Hilal harus terlihat sekitar 12 jam setelah ijtima'
- Ketinggian hilal minimal 2 derajat di atas ufuk
- Jarak elongasi antara bulan dan matahari minimal 3 derajat
- Hilal harus dapat diamati dengan kasatmata atau melalui alat bantu optik
Melihat hilal adalah metode penting dalam penentuan awal bulan Hijriah, terutama bulan Ramadhan dan Syawal.
Hilal memiliki tanda dan kriteria tertentu agar dapat diidentifikasi dengan jelas. Dengan perkembangan teknologi, pengamatan hilal kini semakin akurat dan dapat dipastikan melalui alat optik serta perhitungan astronomis yang cermat.
Baca juga: Perbedaan hisab dan rukyat dalam penetapan awal puasa Ramadhan
Baca juga: Menag: Pemantauan hilal di Aceh tentukan awal Ramadhan
Baca juga: Kemenag Papua Barat: Bulan baru tak telihat
Pewarta: Raihan Fadilah
Editor: Alviansyah Pasaribu
Copyright © ANTARA 2025