Serang (ANTARA) - Suasana duka masih menyelimuti keluarga atlet tinju muda Pusat Pendidikan dan Latihan Pelajar (PPLP) Banten, Alexandria Warman.
Di tengah kepergian yang mendadak, sang ayah, Jeli Warman, masih mengingat jelas percakapan terakhir dengan putrinya malam sebelum meninggal dunia di asrama.
“Dalam video call itu, Alexa bilang ingin pulang. Katanya, ‘Aku besok mau pulang, tolong dijemput, Bunda,’” ujar Jeli saat mengenang momen terakhir bersama putrinya bersama awak media di Serang, Selasa.
Ia menambahkan, sang anak sempat meminta uang untuk di stasiun dan berencana menonton film. “Saya jawab nanti dijemput jam sepuluh. Setelah itu, tidak ada lagi balasan dari dia,” ucapnya.
Alexa, kata Jeli, sudah menekuni tinju sejak kelas 5 SD dan terbiasa menjalani latihan keras. “Dari kecil dia terbiasa latihan berat, tapi tidak pernah cedera serius,” ujarnya.
Menurutnya, Alexa tidak menunjukkan tanda-tanda sakit. “Paling hanya batuk atau flu ringan. Sakit parah atau cedera berat tidak pernah,” tambahnya.
Bagi keluarga, kepergian Alexa terasa begitu tiba-tiba dan meninggalkan duka mendalam. “Kami tidak menyangka itu jadi komunikasi terakhir kami. Semua berjalan biasa, tidak ada tanda-tanda apa pun,” kata Jeli.
Baca juga: Gubernur Banten tekankan mental juara saat tinjau latihan Popnas
Ia berharap, kejadian yang menimpa anaknya menjadi pelajaran berharga agar perhatian terhadap kesehatan dan keselamatan atlet muda semakin diperkuat.
“Alexa selalu semangat, tidak pernah menyerah. Saya ingin semangat itu tetap hidup di teman-temannya,” ujarnya.
Sebelumnya, Dinas Kepemudaan dan Olahraga (Dispora) Provinsi Banten memastikan atlet tinju pelajar Alexandria Warman dalam kondisi sehat sebelum wafat di asrama pada Sabtu (18/10).
Berdasarkan rekomendasi pelatih sejak 9 Oktober 2025, Alexandria tidak masuk dalam kontingen Pekan Olahraga Pelajar Nasional (Popnas) XVII karena mengalami cedera pergelangan kaki dan tidak memenuhi kelas pertandingan, sehingga tidak menjalani latihan intensif.
Kepala Dispora Banten Ahmad Syaukani menyebutkan, hasil pemeriksaan kesehatan terakhir pada 12 Oktober menunjukkan seluruh atlet, termasuk Alexandria, berada dalam kondisi bugar. Pemantauan dilakukan rutin oleh dokter, fisioterapis, ahli gizi, dan psikolog.
Baca juga: Atlet Jawa Tengah dibawa ke rumah sakit usai terkena tendangan lawan
Syaukani menegaskan, penyebab kematian belum dapat disimpulkan karena menjadi ranah medis, namun selama di asrama PPLP Banten, almarhumah tidak menunjukkan gejala sakit.
Berdasarkan kronologi, pada Jumat sore (17/10) Alexandria masih mengikuti latihan ringan dan sempat berkomunikasi melalui video call dengan keluarganya.
Sekitar pukul 00.30 dini hari, ia ditemukan tak sadarkan diri oleh teman sekamar dan segera dibawa ke RS Fatimah, namun dinyatakan meninggal dunia pukul 00.49 WIB setelah mendapat tindakan resusitasi jantung paru.
Dispora Banten telah berkoordinasi dengan pelatih dan keluarga untuk pemulangan jenazah ke Serpong, Tangerang Selatan, serta memastikan hak-hak almarhumah seperti santunan BPJS Ketenagakerjaan diterima keluarga. Pemerintah Provinsi Banten berkomitmen memperkuat pengawasan kesehatan atlet pelajar dan meningkatkan kesiapsiagaan fasilitas medis di asrama agar kejadian serupa tidak terulang.
Pewarta: Devi Nindy Sari Ramadhan
Editor: Bernadus Tokan
Copyright © ANTARA 2025
Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.