Istanbul (ANTARA) - Departemen Keuangan AS, Senin (12/5), memberlakukan sanksi baru yang menargetkan Iran yang melanjutkan kampanye "tekanan maksimum" pemerintahan Trump yang bertujuan untuk mengekang program rudal dan ambisi nuklir Teheran.
Dua individu dan satu entitas telah ditambahkan ke daftar Warga Negara yang Ditunjuk Secara Khusus dan Orang yang Diblokir, menurut situs web Kantor Pengawasan Aset Luar Negeri (OFAC) Departemen Keuangan AS.
Individu yang baru dijatuhi sanksi adalah Sayyed Mohammad Reza Seddighi Saber dan Ahmad Haghighat Talab, keduanya warga negara Iran yang dikenai sanksi sekunder.
OFAC juga memasukkan Fuya Pars Prospective Technologists, yang juga dikenal sebagai "Ideal Vacuum" atau "Ideal Vacuum Store," ke dalam daftar sanksinya.
Tindakan tersebut mengikuti sanksi sebelumnya yang dijatuhkan pada entitas dan individu Iran yang terkait dengan pengadaan rudal dan terjadi di tengah negosiasi nuklir yang sedang berlangsung.
Menteri Luar Negeri AS Marco Rubio selanjutnya mengumumkan bahwa Departemen Luar Negeri AS memasukkan tiga warga negara Iran dan satu entitas Iran ke dalam daftar hitam, yang dia duga memiliki hubungan dengan Organisasi Inovasi dan Penelitian Pertahanan Iran (SPND).
Rubio menuduh bahwa SPND adalah "organisasi penerus langsung program senjata nuklir Iran sebelum 2004."
"Semua individu yang dikenai sanksi terlibat dalam aktivitas yang secara material berkontribusi terhadap, atau menimbulkan risiko berkontribusi secara material terhadap, proliferasi senjata pemusnah massal," katanya dalam sebuah pernyataan.
"Iran terus memperluas program nuklirnya secara substansial dan melaksanakan aktivitas penelitian dan pengembangan penggunaan ganda yang berlaku untuk senjata nuklir dan sistem pengiriman senjata nuklir," kata Rubio.
"Iran adalah satu-satunya negara di dunia tanpa senjata nuklir yang memproduksi uranium yang diperkaya hingga 60 persen dan terus menggunakan perusahaan tameng dan agen pengadaan untuk mengaburkan upayanya memperoleh barang-barang penggunaan ganda dari pemasok asing," tambahnya.
Langkah-langkah tersebut menandai langkah terbaru dalam kampanye "tekanan maksimum" Trump, yang memberlakukan kembali sanksi yang luas.
AS terus menekan Iran untuk menghentikan pengembangan nuklirnya saat menjatuhkan sanksi terhadap Iran yang berupaya mengurangi ekspor minyak hingga nol, mempertahankan sikap kerasnya setelah menarik diri dari kesepakatan nuklir 2015 tiga tahun kemudian selama masa jabatan pertama Trump.
Trump mengancam akan melakukan aksi militer terhadap Iran jika kesepakatan nuklir baru yang menurutnya lebih unggul daripada Rencana Aksi Komprehensif Bersama tidak tercapai.
Rubio baru-baru ini mengatakan Iran dapat memiliki program nuklir sipil jika setuju untuk menghentikan pengayaan uranium.
Sumber: Anadolu
Baca juga: Iran Sebut Perundingan Nuklir Terbaru "Lebih Serius”
Baca juga: Trump dan Netanyahu beda haluan soal Iran dan Gaza, Israel frustrasi
Penerjemah: Cindy Frishanti Octavia
Editor: Arie Novarina
Copyright © ANTARA 2025