Jakarta (ANTARA) - Anggota Komisi IV DPR RI Rajiv menilai keberhasilan pemerintah mengamankan stok Cadangan Beras Pemerintah (CBP) lebih dari empat juta ton sebagai tonggak penting dalam penguatan ketahanan pangan nasional.
“Saya mengapresiasi langkah konkret dan terobosan yang telah dilakukan Kementerian Pertanian. Empat juta ton bukan angka kecil. Ini adalah capaian yang menunjukkan bahwa Indonesia sedang berada di jalur yang tepat menuju kedaulatan pangan,” ujar Rajiv dalam keterangannya di Jakarta, Senin.
Rajiv juga menyampaikan apresiasi setinggi-tingginya kepada pemerintah dan menyebut pencapaian tersebut sebagai sinyal bahwa sektor pertanian Indonesia mampu bangkit di tengah tantangan global yang kompleks.
Dia menilai keberhasilan ini tidak bisa dilepaskan dari kebijakan pemerintah yang berpihak pada petani, mulai dari peningkatan kuota pupuk bersubsidi, reformasi distribusi pupuk agar lebih tepat sasaran, hingga penetapan harga gabah minimal Rp6.500 per kilogram.
“Kebijakan tersebut bukan hanya membantu produktivitas, tetapi juga memberikan insentif psikologis kepada petani bahwa negara hadir mendukung kerja keras mereka,” ujarnya.
Rajiv juga memuji keberhasilan serapan beras oleh Perum Bulog yang mencapai 2,429 juta ton per akhir Mei 2025. Angka tersebut juga merupakan pencapaian tertinggi Bulog dalam 57 tahun terakhir.
Baca juga: Anggota DPR minta petani di Bandung waspadai penipuan berkedok bantuan
Baca juga: Anggota DPR RI ingatkan kewajiban reklamasi untuk tambang nikel
Ia menyebut bahwa capaian ini menjadi pembuktian bahwa produksi dalam negeri, jika dikelola dengan tepat, mampu mencukupi kebutuhan nasional tanpa bergantung pada impor.
Meski demikian, Rajiv mengingatkan pentingnya langkah evaluatif sebagai bagian dari penguatan tata kelola pangan.
Menurutnya, lonjakan stok belum tentu linier dengan stabilitas harga di pasar atau keterjangkauan beras bagi masyarakat di seluruh pelosok negeri.
“Distribusi harus dikawal ketat, jangan sampai stok tinggi tapi harga tetap mencekik rakyat kecil, terutama di daerah-daerah yang sulit akses,” kata Rajiv.
Terkait wacana ekspor beras, Rajiv menyarankan pemerintah agar lebih berhati-hati. Ia menyambut baik terbukanya peluang ekspor seperti permintaan dari Malaysia, namun mengingatkan bahwa kebutuhan domestik tetap harus menjadi prioritas utama.
“Kita jangan tergoda mengejar surplus ekspor tanpa terlebih dahulu menjamin bahwa dapur-dapur rakyat di pelosok negeri sudah benar-benar aman dari kelangkaan atau lonjakan harga,” ujarnya.
Rajiv juga menekankan pentingnya diversifikasi pangan sebagai bagian dari strategi jangka panjang membangun ketahanan pangan nasional.
“Ketahanan pangan tidak bisa hanya bergantung pada beras. Kita harus mulai serius mendorong komoditas lokal lain seperti sorgum, jagung, dan umbi-umbian yang sesuai dengan kearifan lokal masing-masing wilayah,” katanya.
Pewarta: Fianda Sjofjan Rassat
Editor: Agus Setiawan
Copyright © ANTARA 2025