Beijing (ANTARA) - Sebanyak 16 perusahaan Indonesia ikut serta dalam "The 31st China Lanzhou Investment and Trade Fair" (CLITF) yang digelar pada 6–10 Juli 2025.
Dalam ajang tersebut, Indonesia menjadi negara kehormatan serta mencatatkan transaksi ritel langsung senilai 12.363,73 dolar AS (sekitar Rp200 juta) serta potensi kerja sama bisnis senilai 360.000 dolar AS (sekitar Rp5 miliar).
"Keikutsertaan Indonesia sebagai 'Guest Country of Honor' menjadi bentuk pengakuan terhadap peran strategis Indonesia sebagai mitra dagang utama China sekaligus memperluas pasar ekspor di kawasan China Barat Laut," kata Atase Perdagangan KBRI Beijing Budi Hansyah dalam keterangan tertulis yang diterima ANTARA di Beijing pada Senin.
Perusahaan-perusahaan Indonesia menempati paviliun seluas 162 meter persegi di zona "Silk Road International Cooperation" di Gansu International Convention and Exhibition Center, kota Lanzhou, provinsi Gansu.
Paviliun tersebut mengusung desain tropis khas Indonesia dengan perpaduan elemen budaya tradisional dan dekorasi modern.
Pembukaan paviliun dilakukan oleh Dubes RI untuk Tiongkok dan Mongolia Djauhari Oratmangun dan juga dikunjungi oleh Wakil Ketua Majelis Permusyawaratan Politik Rakyat China (CPPCC) Gao Yunlong dan Sekretaris Partai Provinsi Gansu Hu Changsheng.
Pelaku usaha asal Indonesia yang berpartisipasi antara lain kopi, makanan ringan, kerajinan tangan, perhiasan, sarang burung walet, produk perawatan kulit, hingga batik dan fesyen.
Perusahaan-perusahaan tersebut antara lain Shanghai Resources International Trading Co.,Ltd. (Indofood), Shenzhen Hejing Tianlun Import and Export Trade Co., Ltd., Enerlife Foods (Sanghai) Co., Ltd. (Nabati), United Harvest China Co., Ltd., Shenzhen Jiade Yifeng Supply Chain Co., Ltd., UD Raja Kopi, PT. Prasidha Aneka Niaga Tbk, PT. Jakar Bata Manor Indonesia, Brook Bear Food Supply Chain (Haikou) Co., Ltd.,Fuzhou Anlong Import and Export Import Co., Ltd., GMC Collection, Ellyhan Jewelry, Tioet, PT. Surabaya Indah Permai, serta PT. Guna Graha Gemilang dan John Andrew Coffee.
Selain berpartisipasi dalam pameran diselenggarakan juga China – Indonesia "Business Networking Forum: Deepening Economic and Trade Cooperation Opportunities", dan hadir sebagai pembicara utama yaitu pejabat senior dari Kementerian Luar Negeri Daniel Tumpal Simanjuntak dan Sekretaris Deputi Bidang Pangan dan Bisnis Pertanian dari Kemenko Pangan Rumaksono.
"Pameran ini tidak hanya berorientasi pada transaksi jangka pendek, namun juga membuka ruang kolaborasi jangka panjang dengan mitra dagang potensial di China, terutama di sektor pertanian, makanan, dan energi terbarukan," tambah Budi.
Indonesia merupakan mitra dagang terbesar kedua Gansu di Asia Tenggara dengan volume perdagangan sebesar 564 juta dolar AS pada 2024 sedangkan nilai investasi perusahaan asal provinsi Gansu di Indonesia adalah sebesar 1,32 miliar dolar AS. Perusahaan dari Gansu berpotensi untuk berinvestasi di Indonesia di sektor transisi energi, hilirisasi sumber daya mineral, teknologi pertanian, logistik cerdas, kesehatan dan pendidikan.
CLITF merupakan ajang tahunan berskala besar yang telah diadakan sejak 1993 dan menjadi salah satu pameran perdagangan utama di China Barat Laut. Fokus sektor kerja sama mencakup pertanian modern, energi baru, pariwisata budaya, dan perdagangan internasional.
China tetap menjadi negara tujuan ekspor utama bagi Indonesia. Nilai ekspor nonmigas Indonesia ke China tercatat mencapai 24,25 miliar dolar AS pada periode Januari - Mei 2025 atau sekitar 22,9 persen dari total ekspor nonmigas Indonesia dalam periode yang sama.
Produk-produk utama yang diekspor dari China mencakup besi dan baja, batu bara, nikel, serta minyak kelapa sawit. Lonjakan permintaan dari sektor industri dan energi China turut mendorong peningkatan volume ekspor Indonesia, terutama pada komoditas bahan mentah dan setengah jadi yang digunakan dalam industri berat dan manufaktur China.
Dari sisi kebijakan, China memperjuangkan kemandirian industri strategis melalui inisiatif "Made in China 2025", memperluas kapasitas produksi dan mendorong ekspor produk teknologi serta bahan baku seperti plastik polipropilena (PP). Meski memicu kekhawatiran utang serta proteksionisme, kebijakan ini dipandang sebagai fondasi untuk memperkuat posisi Tiongkok di rantai pasok global.
Baca juga: Investasi jalur kereta China naik 5,5 Persen pada H1 2025
Baca juga: Kesepakatan perdagangan bebas ASEAN-China 3.0 diteken Oktober 2025
Pewarta: Desca Lidya Natalia
Editor: Arie Novarina
Copyright © ANTARA 2025
Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.