Jakarta (ANTARA) - Warga Pulau Panggang, Kepulauan Seribu Utara, Kabupaten Kepulauan Seribu, mengeluhkan tidak berfungsi mesin Anjungan Tunai Mandiri (ATM) Bank DKI di wilayah tersebut yang tidak berfungsi sejak tiga bulan terakhir.
"Kami masyarakat kesulitan untuk memperoleh uang tunai karena ATM Bank DKI yang tak berfungsi," kata warga Pulau Panggang, Badron (56) di Jakarta, Rabu.
Ia mengatakan, mesin ATM Bank DKI yang berada di halaman Kantor Kelurahan Pulau Panggang itu sudah rusak sejak tiga bulan lalu. Dia beserta warga lainnya menjadi kesulitan ketika ingin mengambil uang tunai.
"Begini nih jadinya, kita jadi susah mau ngambil duit. ATM Bank DKI di Timor kan rusak dan sudah diangkut oleh pihak bank," kata dia.
Baca juga: Bank DKI siap kirim mesin ATM perdana di Pulau Sabira pada Desember
Sementara untuk ATM dari bank lainnya memang tersedia tapi itupun setiap satu kali Kapal Teras BRI melakukan pelayanan di Pulau Panggang.
Sementara, ada juga di warung-warung, tetapi kondisi itu dinilai tidak menguntungkan karena dikenakan biaya setiap kali transaksi di wilayah gugusan kepulauan tersebut.
"Sebenarnya bisa juga warung-warung yang punya mesin EDC Bank DKI. Tapi itu kena Rp10.000 setiap kali penarikan, sama saja bohong," katanya.
Lurah Pulau Panggang, Muhammad Fakih Burhanudin mengakui adanya mesin ATM Bank DKI yang rusak di halaman kantornya.
Baca juga: BI perluas akses warga Kepulauan Seribu ke lembaga keuangan
Namun dia sudah berkoordinasi dengan Bank DKI agar kerusakan mesin ATM segera ditindaklanjuti. "Ada satu mesin ATM Bank DKI, sekarang mesin ATM-nya sedang dalam perbaikan Bank," katanya.
Kepala Bagian ATM DKI Jakarta Irfan Ramadan mengatakan bahwa bahwa terkait dengan mesin ATM di Pulau Panggang yang rusak informasi saat ini dari pusat sedang dalam perbaikan.
Namun perbaikannya berapa lama dan kapannya realisasi di Pulau Panggang segera dikabarkan kepada pihak kelurahan.
"Untuk perkembangan kami akan konfirmasi kembali ke kantor pusat, karena terkait ATM tersebut pengadaan dari kantor pusat," kata dia.
Pewarta: Mario Sofia Nasution
Editor: Sri Muryono
Copyright © ANTARA 2025