Jakarta (ANTARA) - Populix, perusahaan riset berbasis teknologi, memperoleh pendanaan 4,3 juta dolar AS atau setara Rp72,34 miliar pada penutupan pertama putaran pendanaan Seri B untuk mengembangkan inovasi teknologi terkait peningkatan layanan.
Co-Founder dan CEO Populix Timothy Astandu, dalam keterangannya yang diterima di Jakarta, Kamis, mengatakan melalui pendanaan Seri B tersebut pihaknya berkomitmen untuk terus mengembangkan dan melatih model kecerdasan buatan (artificial intelligence/AI) agar proses riset dapat lebih cepat dan diandalkan.
Ia menyatakan bahwa pihaknya juga tengah membangun synthetic respondents, persona buatan yang dihasilkan oleh mesin pembelajaran AI (machine learning) untuk meniru respons manusia dan memungkinkan proses pengumpulan data yang lebih cepat.
Ia menuturkan kedua pengembangan tersebut diprioritaskan agar para pelaku industri dan pembuat kebijakan dapat memaksimalkan pemanfaatan kecerdasan buatan untuk pelaksanaan riset mereka.
"Melalui pendanaan ini, kami akan memperkuat fundamental bisnis kami dengan mengembangkan layanan, dan memanfaatkan teknologi untuk berinovasi di masa mendatang," kata Timothy.
Sejak berhasil mendapatkan pendanaan Seri A tahun 2022 lalu, ia mengatakan pihaknya terus berupaya memperluas akses masyarakat terhadap riset.
Salah satunya, meluncurkan layanan Policy & Society Research pada tahun 2023 untuk membantu organisasi dan pemerintah dalam menganalisis sentimen publik, dampak kebijakan, dan tren ekonomi dan sosial.
Populix juga mengembangkan fitur NeXa, asisten riset berbasis kecerdasan buatan yang dapat membantu memandu pengguna dalam melakukan riset, mulai dari merancang dan membuat kuesioner, mengakses kumpulan responden sesuai target, hingga menarik kesimpulan.
Berkat berbagai pengembangan tersebut, Timothy menyampaikan bahwa total riset yang ditangani oleh Populix bertumbuh dua kali lipat pada 2024, dengan 65 persen di antaranya berasal dari klien berulang (recurring clients).
Ia menyatakan bahwa pihaknya juga berhasil memperluas cakupan industri, dengan menangani klien dari sektor telekomunikasi dan pemerintahan, yang menunjukkan rekam jejak pertumbuhan Populix di industri riset.
"Populix juga berharap dapat mengembangkan sayap ke Asia Tenggara, seiring dengan tingginya kebutuhan dari klien kami saat ini," ujar Timothy.
Baca juga: Populix: Singapura jadi pilihan utama bagi pekerja migran Indonesia
Baca juga: Laporan Populix ungkap 9 dari 10 masyarakat Indonesia rutin olahraga
Baca juga: Populix merilis peringkat program magister universitas di Indonesia
Pewarta: Uyu Septiyati Liman
Editor: Kelik Dewanto
Copyright © ANTARA 2025