Jakarta (ANTARA) - Pepatah lama mengatakan: membaca adalah jendela dunia. Membaca merupakan pintu gerbang menuju peradaban.
Ketika suatu bangsa membudayakan membaca dan menjadikan buku sebagai sahabat yang selalu menemaninya, maka peradaban yang kokoh pun akan terbangun.
Di tengah gempuran konten instan dan budaya visual, kita perlu memastikan bahwa generasi muda tetap menjadikan buku sebagai sahabat, dan perpustakaan sebagai ruang tumbuhnya peradaban.
Buku ibarat dunia tanpa batas, setiap halaman menyimpan berbagai pengetahuan. Ketika seseorang mulai membaca buku, ia akan menemukan hal-hal berharga yang belum diketahui sebelumnya. Kemudian tumbuh rasa ingin tahu yang akan mendorongnya menelusuri lebih dalam halaman demi halaman. Sebab, selalu ada pengetahuan baru dibaliknya.
Indonesia perlahan namun pasti menunjukkan kemajuan dalam budaya membaca.
Data Perpustakaan Nasional RI mencatat bahwa Tingkat Gemar Membaca (TGM) nasional pada 2024 mencapai 72,44, melampaui target dan catatan tahun sebelumnya pada angka 66,7.
Jakarta juga menunjukkan kontribusi besar terhadap peningkatan literasi nasional. Per 24 Februari 2025, skor TGM Jakarta mencapai 72,19, mencerminkan tingginya minat masyarakat terhadap kegiatan membaca. Selain itu, data Badan Pusat Statistik (BPS) menunjukkan bahwa 99,42 persen penduduk DKI Jakarta berusia 15 tahun keatas memiliki kemampuan baca dan tulis yang baik.
Capaian ini tentu tidak terjadi begitu saja, melainkan hasil dari berbagai upaya yang dilakukan baik oleh pemerintah, lembaga pendidikan, berbagai komunitas, hingga masyarakatnya yang patut diapresiasi.
Salah satu upaya tersebut adalah dengan penyediaan dan pengembangan perpustakaan di Jakarta yang menjadi fasilitas literasi ramah dan inklusif bagi seluruh masyarakat.
Ruang Publik yang menghidupkan literasi
Salah satu tonggak penting dalam peningkatan literasi adalah pembenahan perpustakaan sebagai ruang publik yang inklusif, nyaman, dan relevan dengan kebutuhan zaman.
Perpustakaan Jakarta dan Pusat Dokumentasi Sastra H.B. Jassin di Taman Ismail Marzuki adalah contoh nyata transformasi ini.
Fasilitas yang berlokasi di Jln. Cikini Raya No. 73, Komplek Taman Ismail Marzuki, Jakarta Pusat—tepatnya di lantai 3, 4, 5, dan 6 Gedung Ali Sadikin—menjadi saksi tumbuhnya minat literasi masyarakat Jakarta.
Meski berada di dua sisi gedung berbeda, Perpustakaan Jakarta dan PDS H.B. Jassin merupakan satu perpustakaan di bawah pengelola yang sama. Hal yang membedakan adalah koleksi bukunya.
Koleksi yang ada di PDS H.B. Jassin didominasi oleh buku-buku sastra seperti karangan Ahmad Tohari, Pramoedya Ananta Toer, N.H. Dini, dan sastrawan lainnya. Sementara itu, koleksi di Perpustakaan Jakarta lebih beragam dan bersifat umum.
Setelah dilakukan revitalisasi dan hadir dengan wajah baru pada tahun 2022, perpustakaan ini tak hanya menjadi tempat menyimpan buku, tetapi juga ruang hidup yang mengundang ribuan pengunjung setiap hari.
Saat weekday (Senin – Kamis) perpustakaan ini rata-rata menerima lebih dari 1.000 pengunjung per hari. Sementara itu, saat weekend (Jumat - Minggu) bisa mencapai 3.000-4.000 pengunjung.
"Untuk sekarang kita buka sampai jam sepuluh malam jumlah pengunjungnya sehari bisa sampai 1.000-an. Beda kalau kita di weekend. Jumat, Sabtu, Minggu bisa menyentuh angka 3.000. Waktu itu sempet sampai 4.000 juga," jelas Daffa Novaldi, staf perpustakaan.
Mayoritas pengunjung berasal dari kalangan pelajar dan mahasiswa (75,9 persen), diikuti oleh wiraswasta (10,7 persen), pegawai (8,8 persen), dan lainnya (4,6 persen).
Kalangan muda menjadi yang paling dominan, khususnya pada hari kerja. Sedangkan pengunjung anak-anak dan keluarganya biasanya datang pada hari Sabtu atau Minggu.
"Kita memang mungkin jumlah pengunjungnya membludak banget, tapi kita terus meningkatkan kapasitas supaya bisa memberikan tempat yang nyaman," kata Daffa.
Fakta ini menunjukkan bahwa ketika ruang literasi dirancang dengan baik, nyaman, modern, dan terbuka maka minat baca bukanlah hal yang sulit dibangkitkan.

Aktivitas pengunjung
Rutinitas berkunjung ke perpustakaan pun berbeda-beda, tergantung pada kebutuhan masing-masing pengunjung.
Beberapa dari mereka datang hampir setiap hari untuk bekerja atau belajar. Sebagian lainnya datang hanya beberapa kali dalam seminggu saat memiliki tugas atau kegiatan diskusi kelompok.
Ada pula yang secara berkala datang untuk mencari buku bacaan atau sekadar mencari suasana baru untuk berpikir.
"Aku udah rutin datang ke sini. Untuk kegiatannya random sih, kadang minjem buku sama baca buku, kadang juga ngerjain tugas," ucap seorang pengunjung Devi.
Dari ribuan pengunjung yang datang, tak sedikit pula yang datang ke Perpustakaan Jakarta dan Pusat Dokumentasi Sastra H.B. Jassin untuk pertama kalinya.
"Ini baru pertama kalinya banget dateng ke sini dan aku emang lagi mau minjem buku hari ini," kata Nabila, pengunjung yang ingin meminjam buku fiksi dari PDS H.B. Jassin.
Menjawab kebutuhan zaman
Sebagai ruang publik yang menyediakan akses terbuka terhadap beragam bacaan, Perpustakaan Jakarta dan PDS H.B. Jassin turut berperan dalam meningkatkan literasi masyarakat Jakarta.
Fasilitas yang tersedia juga dirancang untuk menunjang kenyamanan dan memenuhi kebutuhan para pengunjung secara optimal, menjadikan perpustakaan sebagai ruang publik yang ramah dan humanis.
Beragam jenis ruang baca dapat dimanfaatkan sesuai kebutuhan, mulai dari ruang baca umum, ruang privat, hingga area khusus yang ramah bagi keluarga dan anak-anak. Pengunjung dapat pula meminjam komputer dan headphone selama dua jam di ruang layanan multimedia hanya dengan berbekal kode anggota saja.
Fasilitas lain seperti kursi dan meja yang nyaman, colokan listrik yang tersebar, pencahayaan yang memadai, dan akses internet gratis turut membuat para pengunjung betah berlama-lama di perpustakaan untuk menyelesaikan pekerjaan mereka.
Tak hanya itu, di setiap lantai dilengkapi dengan dispenser air minum, toilet, dan musholla sehingga pengunjung dapat beraktivitas degan nyaman tanpa perlu berpindah ke area lain.
"Fasilitas di Perpustakaan Jakarta sudah cukup bagus dan nyaman juga, pilihan bukunya juga banyak sama variatif, jadi menurut aku kaya wajar aja tingkat literasi masyarakat sekitar jadi tinggi," tutur Devi.
Untuk menjawab aspirasi masyarakat yang ingin memiliki lebih banyak waktu untuk membaca dan belajar, jam operasional di fasilitas publik ini diperpanjang hingga pukul 22.00.
Perpanjangan jam operasional ini, menurut Gubernur DKI Jakarta Pramono Anung, mampu meningkatkan jumlah pengunjung hingga 53 persen.
Perpustakaan Jakarta dan PDS H.B. Jassin hanyalah satu contoh bahwa dengan berbekal lingkungan yang inklusif dan fasilitas yang terus ditingkatkan, perpustakaan bisa menjadi ruang publik yang hidup, tempat pengetahuan bertumbuh dan ide-ide berkembang.
Membaca bukan hanya soal kemampuan, tetapi soal kebiasaan dan kecintaan. Dan perpustakaan adalah tempat di mana kebiasaan itu ditumbuhkan.
Baca juga: Empat fakta menarik tentang Perpustakaan Nasional
Baca juga: Perpusnas: Seluruh layanan perpustakaan harus berbasis digital
Baca juga: Koleksi PDS HB Jassin, dari arsip ke warisan memori dunia
Editor: Sri Haryati
Copyright © ANTARA 2025
Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.