Perbekel Duda Timur bagikan praktik baik Smart Desa kepada Kemendes

1 month ago 11

Karangasem, Bali (ANTARA) - Perbekel atau Kepala Desa Duda Timur, Karangasem, Bali, I Gede Pawana membagikan praktik baik aplikasi Smart Desa kepada Badan Pengembangan dan Informasi (BPI) Desa, Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi Kemendes PDT serta tim Tenaga Pendamping Profesional (TPP) dari Maluku.

"Aplikasinya memang masih jauh dari sempurna, tetapi intinya tergantung desa berani atau tidak untuk terbuka kepada masyarakat, karena itu jadi modal utama, mengingat seluruh warga bisa mengakses dan ikut memantau APBDes dalam aplikasi tersebut," kata I Gede Pawana di Karangasem, Bali, Rabu.

I Gede Pawana mengisahkan aplikasi tersebut dibuat atas dasar pengalaman erupsi Gunung Agung pada tahun 2019.

Baca juga: Repnas nyatakan siap bantu kembangkan smart desa di Aceh

"Cikal bakal aplikasi Smart Desa itu dari pengalaman saat erupsi Gunung Agung, saya sebagai kepala desa tentu harus tahu apakah warga ada di pengungsian atau mandiri, hanya harus menggunakan data golongan darah," ujar dia.

Ia memaparkan terdapat 75 desa yang terdapat di Kabupaten Karangasem, namun Desa Duda Timur hingga kini masih menjadi satu-satunya desa yang memanfaatkan aplikasi Smart Desa sebagai salah satu wujud digitalisasi desa cerdas. Pengembangan aplikasi tersebut berkolaborasi dengan PT Saebo Teknologi.

"Aplikasi ini dapat dimanfaatkan untuk laporan ke dinas-dinas, ada 42 dinas yang bisa kita kolaborasikan. Selain itu, warga juga bisa melaporkan langsung apabila ada kecelakaan, kami bekerja sama dengan Polsek Selat, jadi mereka (polisi) dapat langsung mengecek koordinat di aplikasinya, lalu menindaklanjuti," paparnya.

Perbekel atau Kepala Desa Duda Timur, Karangasem, Bali, I Gede Pawana (dua dari kanan), menunjukkan fitur-fitur yang ada pada aplikasi Smart Desa di Kantor Desa Perbekel Duda Timur, Karangasem, Bali, pada Rabu (18/12/2024). (ANTARA/Lintang Budiyanti Prameswari)

Belajar dari pengalaman erupsi Gunung Agung, Pawana mengemukakan bahwa aplikasi tersebut juga memiliki fitur tombol panik atau panic button yang langsung terhubung dengan Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) setempat.

"Ada tombol panic button, sehingga saat erupsi sangat terbantu. Saat COVID-19 kita juga sangat terbantu, sudah menggunakan sistem klaster berdasarkan nama dan alamat (by name by address) yang muncul. Itu memudahkan untuk melacak atau tracking, sehingga tidak ada gejolak," ucapnya.

Namun, ia menegaskan bahwa aplikasi tersebut tidak membagikan informasi data secara lengkap, seperti alamat rumah untuk melindungi warga dari penyalahgunaan informasi.

Sementara itu, Kepala BPI Kemendes PDT, Ivanovich Agusta mengemukakan dari aplikasi Smart Desa, salah satu hal yang paling penting dan dapat dijadikan pengalaman serta praktik baik secara nasional, yakni aspek budaya transparansi data kepada warga.

"Yang juga perlu disiapkan desa budaya transparansinya itu, karena di tempat kami juga sama, tidak semua bersedia untuk didigitalisasi, karena konsekuensi transparansi itu. Ini sebetulnya berkaitan dengan arahan Wakil Menteri desa bahwa pada 2025, sudah diputuskan kita akan melakukan peningkatan transparansi dari desa, maka kami juga ingin menyelaraskan pengalamannya seperti apa," katanya.

Baca juga: Kemendes PDTT genjot pengembangan desa cerdas di Lampung

Baca juga: Kemendes: Smart village kunci mempercepat pembangunan desa

Selain itu, menurutnya, perlu juga memperhitungkan biaya yang dibutuhkan apabila aplikasi tersebut akan diadaptasi secara nasional sebagai implementasi desa cerdas.

"Mungkin karena ini ada dibalik perangkat lunak tertentu, jadi perlu dilihat apakah memang sudah disiapkan untuk seluruh desa? Kalau memang sudah siap, berarti tinggal dihitung secara teknis, sebetulnya kebutuhannya berapa besar untuk penyimpanan, kecepatannya, kemudian secara ekonomis bagaimana," ujar Ivanovich.

Sedangkan Koordinator Tenaga Pendamping Profesional (TPP) Provinsi Maluku Ibrahim Sella menyatakan siap mengadaptasi praktik baik dari Desa Duda Timur tersebut untuk daerahnya.

"Saya ingin adopsi untuk raja-raja (kepala desa) di Maluku Timur, kami akan sampaikan cerita baik ini kepada para raja agar desa ini bisa jadi pilot project untuk penerapan desa cerdas di desa-desa Maluku Timur," kata Ibrahim.

Pewarta: Lintang Budiyanti Prameswari
Editor: Endang Sukarelawati
Copyright © ANTARA 2024

Read Entire Article
Rakyat news | | | |