Semarang (ANTARA) - Pemerintah Kota Semarang akan memperbanyak even seni dan budaya pada tahun depan demi melestarikan nilai-nilai kearifan lokal, sekaligus mendorong pertumbuhan dan perputaran ekonomi masyarakat.
Wali Kota Semarang Agustina Wilujeng Pramestuti, di Semarang, Minggu, mencontohkan lomba mewarnai kipas dan payung yang akan diadakan secara berkala.
"Saya minta kepada Dinas Kebudayaan dan Pariwisata nanti berikutnya lomba bisa diadakan berkala. Mungkin dari kecamatan masing-masing agar diorkestrasi pada satu bulan yang sama," katanya.
Jadi, kata dia, nanti ada semacam festival payung yang setiap kecamatan semua dan menampilkan kreasinya dari hasil karya warga masyarakat.
Hal tersebut disampaikannya usai menutup Lomba Melukis Payung dan Kipas 2025 di Mal Up Town Semarang yang diselenggarakan oleh Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Semarang.
Ia percaya bahwa even kreatif semacam itu tidak hanya akan menggairahkan masyarakat kembali, tetapi juga membawa dampak positif terhadap ekonomi lokal.
Menurut dia, pertumbuhan ekonomi Kota Semarang telah menunjukkan peningkatan pesat, dan berharap dapat mendekati 8 persen pada akhir tahun sehingga kegiatan berbasis komunitas semacam itu menjadi penunjang penting.
"Otomatis kalau akan memamerkan karya (ada lomba di tingkat kecamatan), warga akan bersih-bersih juga. Ekonomi di situ akan mulai bergerak, dari UMKM dan lain sebagainya karena ada keramaian," katanya.
Sementara itu, Koordinator Penyelenggara Lomba Melukis Payung dan Kipas 2025 Teo Ruddy menjelaskan bahwa even tersebut diinisiasi oleh Pemerintah Kota Semarang melalui Dinas Pariwisata dan Kebudayaan.
"Karena ke depannya dari kipas dan patung ini bisa menumbuhkan ekonomi kreatif dan juga 'value' dari desa-desa wisata dan pariwisata di Kota Semarang," katanya.
Ia menyebutkan peserta lomba tersebut total berjumlah 400 orang, terbagi atas 200 peserta lomba lukis kipas dan 200 peserta lomba lukis payung dari berbagai rentang usia.
"Untuk pesertanya kebetulan antusiasnya tinggi. Tidak ada batasan usia dan 'free'. Kalau untuk peralatan cat dan media mewarnai nya mereka bawa sendiri, tapi untuk kanvas payung dan kipasnya disediakan oleh pemerintah kota," katanya.
Tema yang diusung dalam lomba melukis kipas dan payung adalah "Warak Ngendog" yang merupakan ikon Kota Semarang, yang merupakan hewan mitologi akulturasi dari berbagai budaya.
"Penilaian (pemenang, red.) tentunya adalah orisionalitasnya, kemudian kebersihan dan kesesuaian tema yang mencakup tentang destinasi pariwisata Kota Semarang dan juga mitologi dari Kota Semarang, Warak Ngendog," pungkasnya.
Baca juga: Kelompok seni Sanggar Greget dari Jateng tampil di Jepang
Baca juga: Arsip Pertempuran Lima Hari di Semarang dipamerkan
Baca juga: PMI Kota Semarang himpun Rp3,2 miliar pada Bulan Dana Kemanusiaan 2025
Pewarta: Zuhdiar Laeis
Editor: Biqwanto Situmorang
Copyright © ANTARA 2025
Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.

















































