Pemkot Malang minta pelajar kenakan busana muslim pada Hari Santri

3 hours ago 2
Bagi pelajar yang beragama Islam supaya mengenakan busana muslim selama tiga hari

Malang, Jawa Timur (ANTARA) - Pemerintah Kota (Pemkot) Malang, Jawa Timur, meminta seluruh pelajar beragama Islam agar mengenakan busana muslim selama tiga hari untuk merayakan Hari Santri Nasional pada 22 Oktober 2025.

"Bagi pelajar yang beragama Islam supaya mengenakan busana muslim selama tiga hari," kata Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan (Disdikbud) Kota Malang Suwarjana di Kota Malang, Selasa.

Dia menjelaskan permintaan bagi pelajar agar mengenakan busana muslim bertujuan menanamkan nilai keagamaan, sekaligus sebagai bentuk penghargaan terhadap momentum Hari Santri Nasional yang syarat akan nilai perjuangan bangsa.

Keputusan terkait penggunaan busana muslim saat Hari Santri Nasional bertujuan membangun karakteristik pelajar di tengah tantangan perkembangan pesat teknologi digital.

Baca juga: MUI: Hari Santri Nasional momentum refleksi arah pembangunan bangsa

"Seorang murid harus patuh kepada sang guru, sebagaimana santri kepada kyai. Kyai pasti mengajarkan hal-hal bernilai kebaikan," ujarnya.

Perihal alas kaki yang digunakan, kata dia, Disdikbud memberikan kebebasan bagi para pelajar.

"Memakai sarung lebih bagus. Kalau pakai sarung, sebaiknya jangan pakai sepatu. Tapi kalau memang harus pakai sepatu, ya tidak apa-apa," ucap dia.

Sedangkan bagi pelajar non-muslim, Disdikbud Kota Malang memberikan kelonggaran memilih pakaian yang akan digunakan, asalkan tetap mencerminkan nilai kesopanan dan sisi religius masing-masing.

Baca juga: 30 ucapan Hari Santri Nasional 2025, penuh semangat & islami

"Untuk yang non-muslim kami berikan kelonggaran," ucap dia.

Selain itu dia berharap momentum Hari Santri Nasional bisa menjadi refleksi bagi para pelajar untuk memperkuat karakter dan meningkatkan pengetahuan, khususnya menyangkut konsumsi konten di media sosial.

Menurut dia, itu perlu dibangun karena di media sosial tak jarang memunculkan konten yang berpotensi mendegradasi rasa kesatuan dan persatuan, yang perlu diminimalkan salah satunya lewat konsumsi konten bernilai sejarah, seperti kisah perjuangan para santri yang turut ambil bagian memerdekakan bangsa.

"Karena itu kami berharap, selain sekolah dan orang tua, Kominfo juga bisa lebih aktif membatasi atau memblokir konten negatif," kata Suwarjana.

Baca juga: Semarak Hari Santri Nasional 2025: Ini 8 ide kegiatan yang bisa dicoba

Pewarta: Ananto Pradana
Editor: Risbiani Fardaniah
Copyright © ANTARA 2025

Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.

Read Entire Article
Rakyat news | | | |