Banjarmasin (ANTARA) - Pemerintah Kota Banjarmasin, Kalimantan Selatan mengungkapkan hasil investigasi sementara bahwa puluhan siswa yang mengalami gejala mual sebelum Makanan Bergizi Gratis (MBG) dibagikan di SMPN 33 Banjarmasin, Selasa.
Plt Kepala Dinas Pendidikan Kota Banjarmasin Ryan Utama di Banjarmasin, Selasa, menyampaikan adanya informasi puluhan siswa SMPN 33 Banjarmasin diduga keracunan MBG cepat direspon Pemkot dengan menurunkan tim investigasi ke lapangan.
Menurut dia, berdasarkan hasil investigasi awal pihak sekolah bersama Dinas Kesehatan Kota Banjarmasin, didapati bahwa mayoritas siswa mengalami mual-mual dan diare, ternyata sebelum MBG mereka terima pagi tadi.
"Memang di awal ada dugaan keracunan MBG, tetapi belum bisa dipastikan karena ada beberapa anak yang mengalami gejala sebelum makanan itu dibagikan," ungkap Ryan.
Baca juga: SPPG HST Kalsel terapkan lima langkah cegah keracunan MBG
Lalu setelah ditelusuri, katanya, gejala yang dialami siswa itu bervariasi, di antara mereka ada yang gejalanya terasa sejak malam hari kemarin, dan ada pula baru muncul pagi tadi sebelum MBG dibagi.
Ryan menyatakan, saat ini pihaknya juga masih menunggu hasil pemeriksaan laboratorium terhadap sampel MBG yang diambil oleh dinas kesehatan.
Yang terpenting saat ini, ujar dia, adalah memastikan seluruh siswa mendapat pendampingan dan penanganan yang tepat, hingga kondisi mereka benar-benar berangsur pulih.
"Jadi saat ini kami masih menunggu dulu hasil uji lab dari Dinkes terkait MBG," katanya.
Hal ini, semakin dikuatkan lewat keterangan dari salah satu siswa SMPN 33 Banjarmasin, Muhammad Afriasnyah (kelas 7B), yang mengatakan bahwa dirinya merasa mual dan sakit perut sebelum menerima MBG.
Baca juga: Gubernur Kalsel minta SPPG perhatikan kebersihan cegah keracunan MBG
"Belum sempat makan MBG, tapi tiba-tiba perut sakit dan mual. Pagi tadi cuma sarapan udang di rumah," ujarnya saat memberikan keterangan di Puskesmas Basirih.
Wali Kota Banjarmasin H Muhammad Yamin HR turun langsung meninjau kondisi puluhan siswa SMPN 33 Banjarmasin yang telah dilarikan ke rumah sakit tersebut.
Dia menyatakan sudah meminta para petugas kesehatan agar setiap siswa mendapatkan penanganan yang cepat dan maksimal.
"Alhamdulillah, semuanya sudah diberi obat dan vitamin. Kami masih menunggu hasil pemeriksaan kesehatan, karena belum tentu ini keracunan dari MBG," ucapnya.
Dia meminta laporan dari dokter yang memeriksa siswa serta mendengarkan kronologi beberapa anak terkait makanan terakhir yang mereka konsumsi.
"Kita tidak tahu pasti anak-anak ini makan apa pagi tadi. Jadi belum bisa langsung dikaitkan dengan MBG," katanya menegaskan.
Baca juga: Pemkot Banjarmasin usul pembangunan lima dapur dukung program MBG
Yamin pun memerintahkan Dinas Kesehatan (Dinkes) dan Dinas Pendidikan (Disdik) melakukan investigasi menyeluruh. Pemerintah juga berencana memanggil pihak penyedia makanan MBG serta guru pengawas di sekolah untuk dimintai keterangan.
"Pihak sekolah dan guru harus jadi pengawas pertama yang menjamin keamanan makanan. Kami juga minta penyedia MBG lebih disiplin dalam penyajian, jangan mengerjakan malam untuk disajikan besok siang," kata Yamin.
Baca juga: Pemkot Banjarmasin dukung kesiapan 26 titik dapur MBG
Yamin menegaskan penyaluran program Makan Bergizi Gratis (MBG) di Kota Banjarmasin untuk sementara dihentikan hingga hasil uji laboratorium resmi keluar. Langkah ini diambil sebagai bentuk kehati-hatian agar tidak ada kasus serupa terulang di sekolah lain.
"Hari ini memang belum dibagikan karena ada yang sakit perut. Kami tunggu hasil uji klinis dulu sebelum dilanjutkan," ujarnya.
Dia menyatakan program MBG tetap menjadi bagian penting dari komitmen pemerintah untuk meningkatkan gizi dan kualitas belajar siswa, namun keselamatan dan kesehatan anak-anak merupakan prioritas utama daripada target program.
Baca juga: DPR dan BGN jelaskan manfaat MBG kepada ratusan warga di Banjarmasin
Pewarta: Sukarli
Editor: Indra Gultom
Copyright © ANTARA 2025
Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.