Moskow (ANTARA) - Pemimpin pemberontak Kurdi di Turki, Abdullah Ocalan, memerintahkan Partai Pekerja Kurdistan (PKK) pimpinannya yang memperjuangkan kemerdekaan dari Turki untuk meletakkan senjata dan membubarkan diri.
Seruan Ocalan disampaikan melalui perwakilan Partai Kesetaraan dan Demokrasi Rakyat (DEM) Turki yang berhaluan pro-Kurdi, Kamis.
Kemudian, Saleh Muslim, pemimpin Partai Persatuan Demokratik (PYD) -- partai Kurdi yang berbasis di Suriah utara -- menyatakan bahwa sayap militernya siap mengikuti seruan Ocalan apabila diizinkan terlibat dalam aktivitas politik di Turki.
Merespons seruan tersebut, penasihat senior Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan, Mehmet Ucum, memandangnya sebagai awal "era baru" di Turki dan menegaskan siapapun yang tidak mematuhi seruan tersebut akan "menghadapi konsekuensinya."
"Upaya-upaya provokasi dan sabotase terjadi bahkan sebelum seruan ini disampaikan. Mereka telah gagal dan pasti akan gagal di masa depan. Disebutkan sebelumnya bahwa akan seruan tanpa syarat, dan ternyata benar-benar disampaikan saat ini," ucap Ucum melalui media sosial X.
"Era baru telah dimulai di Turki," kata dia, menegaskan.
Ia kemudian menyatakan, "adalah tugas semua orang untuk membina dan memperkuat demokrasi dan melindungi kemerdekaan, keutuhan, dan kesatuan politik Turki."
Selain oleh otoritas Turki, seruan peletakan senjata tersebut juga disambut oleh Kementerian Luar Negeri Jerman yang memandangnya sebagai langkah bersejarah dan peluang menghentikan siklus kekerasan.
"Kami menyambut seruan Abdullah Ocalan hari ini kepada PKK dan kelompok terafiliasi lainnya untuk meletakkan senjata dan membubarkan PKK," menurut pernyataan kementerian.
"Ini adalah peluang bersejarah untuk memutus siklus teror, kekerasan, dan balas dendam selama puluhan tahun yang menyebabkan puluhan ribu orang tewas," kata Kemlu Jerman.
Jerman memandang penghentian kekerasan merupakan langkah penting pertama untuk mengakhiri konflik dan melindungi hak-hak rakyat Kurdi di Turki.
Konflik Turki-PKK pecah pada 1984 dan kembali memanas pada 2015. Turki kemudian meluncurkan dua operasi militer di Suriah pada 2018 dan 2019 serta satu operasi militer di Irak pada 2022 meski diprotes Damaskus dan Baghdad.
Turki menegaskan bahwa operasi militer tersebut bertujuan melindungi perbatasannya dari ancaman keamanan akibat milisi Kurdi.
Sumber: Sputnik-OANA
Baca juga: Fasilitas kelompok teror PKK/YPG di Irak dan Suriah target sah Turki
Penerjemah: Nabil Ihsan
Editor: Primayanti
Copyright © ANTARA 2025