Jakarta (ANTARA) - Menteri Kebudayaan (Menbud) Fadli Zon mengungkap pemerintah tengah menyusun buku sejarah para pahlawan nasional dengan biografinya masing-masing.
Kementerian Kebudayaan akan menggandeng Kementerian Sosial, serta melibatkan para peneliti untuk menyusun buku sejarah tersebut.
"Kita sedang menyusun juga buku tentang para pahlawan dengan biografinya sendiri. Yang tadi kita sudah kerjasama dengan Kementerian Sosial, semua hasil penelitian dari tokoh-tokoh pahlawan itu, penelitian dari tokoh-tokoh ini, jadi tidak sembarangan gitu," ujar Fadli di Komplek Istana Kepresidenan, Jakarta, Senin.
Fadli menyampaikan buku sejarah tersebut akan terdiri dari para pejuang yang telah mendapatkan gelar Pahlawan Nasional dari masa ke masa, mulai dari Pemerintahan Presiden Soekarno hingga Presiden Prabowo Subianto.
"Nanti kita akan membuat buku khusus tentang para pahlawan yang telah diberikan dari masa Presiden ke Presiden, dari zaman Bung Karno sampai sekarang zaman Pak Presiden Prabowo," jelasnya.
Terkait dengan penulisan ulang sejarah, Fadli menyampaikan bahwa para sejarawan dan peneliti akan menyusunnya secara profesional.
Menurutnya, pemberian gelar Pahlawan Nasional yang berlangsung hari ini di Istana Negara, Jakarta, tidak akan berdampak pada penulisan ulang sejarah.
Selain itu, ia juga menekankan bahwa para ahli sejarah tidak mungkin membelokkan sejarah yang sudah ada.
"Yang bisa menulis sejarah adalah para sejarawan yang mempunyai pengetahuan tentang sejarah, riset, penelitian gitu ya. Jadi tidak bisa sembarangan juga dan itu adanya di perguruan-perguruan tinggi," kata Fadli.
Lebih lanjut, Fadli menyebut Kementerian Kebudayaan, dan para sejarawan dari perguruan tinggi akan terus melakukan penelitian terkait dengan penulisan ulang sejarah serta para pahlawan nasional.
Baca juga: Fadli Zon: 10 tokoh penerima gelar pahlawan usulan dari masyarakat
Baca juga: Kakak Marsinah kepada Prabowo: Hapus outsourcing, sejahterakan buruh
Pewarta: Maria Cicilia Galuh Prayudhia/Andi Firdaus
Editor: Budi Suyanto
Copyright © ANTARA 2025
Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.


















































