Los Angeles (ANTARA) - Baru satu bulan lebih setelah pemerintah Amerika Serikat (AS) memberlakukan tarif tinggi kepada mitra dagangnya, Manajer DuiDui Construction David Truong di Los Angeles, California, sudah terbebani oleh kenaikan biaya.
"Harga hampir semua bahan bangunan terus merangkak naik dalam beberapa bulan terakhir. Membangun rumah baru kini semakin mahal dari hari ke hari," kata Truong kepada Xinhua.
Truong mengajak untuk melihat langsung sebuah lokasi konstruksi di Temple City, Los Angeles County, di mana dampak dari tarif tersebut terlihat jelas.
Sebuah keran, misalnya, yang sebelumnya seharga sekitar 160 dolar AS (1 dolar AS = Rp16.436), kini dijual setidaknya 200 dolar AS. Sementara itu, sebuah jendela berbingkai baja, yang sebelumnya dibanderol sekitar 300 dolar AS, kini dijual seharga 370 dolar AS.
Biaya penerangan mengalami kenaikan yang paling tajam.
"Sebuah lampu tanam LED, yang biasanya dijual seharga 12-15 dolar AS, kini harganya sekitar 30 dolar AS. Rumah ini membutuhkan lebih dari 20 lampu, jadi kami membutuhkan tambahan 300-400 dolar AS hanya untuk penerangan," kata Truong.
Menurut data yang dirilis pada April oleh National Association of Home Builders (NAHB), salah satu asosiasi perdagangan terbesar di negara tersebut, lonjakan tarif terbaru menaikkan biaya pembangunan rumah baru di AS hingga hampir 11.000 dolar AS.
"Gangguan yang disebabkan oleh tarif membuat para pembangun lebih sulit untuk menentukan harga rumah secara akurat dan membuat keputusan bisnis yang krusial," kata kepala ekonom NAHB Robert Dietz, dalam sebuah siaran pers pada April.
Harga input konstruksi kini telah meningkat sebesar 9,7 persen dalam basis tahunan hingga kuartal pertama 2025, kata kepala ekonom Associated Builders and Contractors, sebuah asosiasi perdagangan industri konstruksi nasional di AS, Anirban Basu.
"Sementara para kontraktor tetap sibuk untuk sementara waktu... laju kenaikan harga input ini, ditambah dengan meningkatnya ketidakpastian, akan menyebabkan proyek-proyek tertunda dan dibatalkan jika hal ini terus berlangsung dalam jangka waktu yang lama," ujar Basu dalam sebuah siaran pers.
Meningkatnya biaya menekan margin keuntungan perusahaan Truong, memaksanya untuk menaikkan harga.
Di Temple City, harga pembangunan rumah baru perusahaannya naik dari 220 menjadi 250 dolar AS per kaki persegi (0,093 meter persegi). Di lokasi yang lebih kompleks di beberapa kota lain, biayanya bisa melonjak hingga 280 dolar AS per kaki persegi.
Perusahaan Truong tidak sendirian dalam merasakan tekanan ini. Banyak kontraktor yang menghadapi tantangan serupa, dengan melonjaknya biaya untuk material seperti kabel, pipa PVC, dan kabinet.
Akibatnya, banyak yang merasa tidak punya banyak pilihan selain menegosiasikan ulang kontrak dengan klien untuk berbagi beban keuangan.
Kenaikan biaya bukanlah satu-satunya kekhawatiran bagi Truong dan para pembangun lainnya. Kekhawatiran terbesar, kata dia, adalah potensi kekurangan material.
"Yang paling kami takutkan adalah bahwa beberapa bahan mungkin tidak akan tersedia lagi, tidak peduli berapa pun harga yang harus kami bayar," kata Truong.
Pewarta: Xinhua
Editor: Natisha Andarningtyas
Copyright © ANTARA 2025