Yerusalem (ANTARA) - Lima truk bantuan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) pada Senin (19/5) memasuki Gaza yang dilanda perang, demikian disampaikan sebuah unit di bawah Kementerian Pertahanan Israel, sehari setelah Israel setuju mencabut blokade yang telah berlangsung selama lebih dari dua bulan dan mengizinkan bantuan terbatas masuk ke daerah kantong tersebut.
PBB menilai langkah ini jauh dari memadai untuk memenuhi kebutuhan kemanusiaan yang sangat parah di Gaza.
Truk-truk yang sarat dengan bantuan, termasuk susu formula bayi, melewati perlintasan perbatasan Kerem Shalom setelah menjalani pemeriksaan keamanan, menurut Kantor Koordinasi Kegiatan Pemerintah di Wilayah (Coordination of Government Activities in the Territories/COGAT), unit resmi Israel yang bertanggung jawab atas urusan sipil di wilayah Palestina yang diduduki.
"IDF (Pasukan Pertahanan Israel) akan terus memfasilitasi bantuan kemanusiaan di Gaza sambil melakukan segala upaya untuk memastikan bantuan tersebut tidak jatuh ke tangan Hamas," kata COGAT dalam sebuah unggahan di platform media sosial X.
Namun, Under-Secretary-General PBB untuk Urusan Kemanusiaan sekaligus Koordinator Bantuan Darurat Tom Fletcher mengatakan di X bahwa truk-truk tersebut hanyalah "setetes air di lautan," seraya menekankan bahwa bantuan itu "harus menjangkau warga sipil yang sangat membutuhkannya, dan kami harus diizinkan untuk meningkatkannya."
Sebelumnya pada Senin itu kantor media Hamas mengatakan bahwa untuk mencegah krisis kemanusiaan berskala besar di Gaza, minimal 500 truk bantuan diperlukan masuk setiap harinya.
Selain itu, daerah kantong tersebut membutuhkan 50 truk bahan bakar per hari untuk mengoperasikan toko roti, rumah sakit, serta stasiun air dan pembuangan limbah, yang ditutup karena blokade Israel sejak 2 Maret.
Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu pada Minggu (18/5) mengatakan Israel akan mengizinkan masuknya bantuan dengan kuantitas yang "minimal dan standar" ke Gaza untuk mencegah "gambaran kelaparan massal."
Keputusan ini diambil di tengah rekomendasi dari militer Israel, tekanan dari sekutu dekat Israel, serta meningkatnya kritik internasional atas krisis kemanusiaan yang parah di Gaza.
Bantuan tersebut masuk saat Israel meluncurkan operasi militer barunya, yang diberi nama Kereta Perang Gideon (Gideon's Chariots), pada akhir pekan lalu.
Menurut para pejabat Israel, operasi ini bertujuan merebut wilayah-wilayah utama di Gaza, mendorong sebagian besar penduduknya untuk lebih pindah ke wilayah selatan, serta melanjutkan distribusi bantuan kemanusiaan di bawah pengawasan yang lebih ketat dari Israel.
Militer Israel pada Senin (19/5) mengumumkan pihaknya telah menyerang 160 lokasi di seluruh Gaza dalam beberapa jam terakhir, menargetkan militan, peluncur rudal anti-tank, infrastruktur militer, dan sebuah gudang senjata.
Militer Israel juga melaporkan telah menghancurkan sebuah terowongan di Gaza selatan dan menghantam sebuah bangunan di Nuseirat, Gaza tengah, yang menurutnya berfungsi sebagai pusat komando dan kontrol Hamas.
Sedikitnya 136 orang tewas akibat serangan Israel selama satu hari terakhir, sehingga jumlah korban tewas secara keseluruhan sejak perang dimulai pada 7 Oktober 2023 menjadi 53.475 orang, seperti dilaporkan otoritas kesehatan yang berbasis di Gaza pada Senin tersebut.
Penerjemah: Xinhua
Editor: Azis Kurmala
Copyright © ANTARA 2025