Washington (ANTARA) - Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) menyatakan, kendati Israel telah mulai membuka sedikit akses bantuan ke Jalur Gaza setelah lebih dari dua bulan memblokadenya, belum ada satu bantuan kemanusiaan pun yang benar-benar berhasil disalurkan ke warga di wilayah kantong Palestina yang terancam kelaparan itu.
“Hari ini, salah satu tim kami menunggu selama beberapa jam untuk mendapatkan lampu hijau dari Israel agar dapat mengakses area Kerem Shalom dan mengambil suplai gizi. Sayangnya, mereka tidak dapat membawa suplai itu ke gudang kami,” kata Juru Bicara PBB Stephane Dujarric kepada wartawan, Selasa (20/5).
“Jadi, untuk memperjelas, meskipun lebih banyak suplai telah berhasil masuk ke Jalur Gaza, kami belum dapat mengamankan kedatangan bantuan tersebut ke gudang dan titik distribusi kami.”
Pernyataan tersebut mencuat setelah Kantor Koordinasi Urusan Kemanusiaan PBB (OCHA) menyampaikan bahwa Israel telah menyetujui masuknya sekitar 100 truk bantuan ke Gaza. Jumlah truk yang diizinkan masuk itu meningkat tajam dibanding hanya sembilan truk sehari sebelumnya.
Baca juga: Israel izinkan sekitar 100 truk bantuan masuki Gaza
Namun, jumlah tersebut masih sangat jauh dari cukup untuk memenuhi kebutuhan warga Gaza yang berada di ambang kelaparan, kata berbagai organisasi kemanusiaan dan lembaga internasional.
“Pada akhirnya, hanya sekitar empat truk, bukan lima, yang diizinkan masuk kemarin. Hari ini, ada beberapa lusin... Namun yang perlu digarisbawahi adalah logistik, keamanan, dan situasi secara keseluruhan membuat proses ini sangat, sangat sulit,” kata Dujarric.
Ia menjelaskan bahwa bantuan itu saat ini masih tertahan di area bongkar muat karena prosesnya sangat kompleks: “Barang-barang harus melewati tembok Israel ke Gaza, masuk ke area di mana truk harus dibongkar dan dimuat ulang, lalu kami harus mendapat izin dari pasukan keamanan Israel untuk mengirim tim kami mengambil truk-truk tersebut.”
Pada Selasa, lanjut Dujarric, salah satu tim PBB memang berhasil masuk ke area tersebut, tetapi karena waktu sudah terlalu sore, mereka tidak sempat membawa keluar truk-truk bantuan itu.
“Tantangan utama kami adalah mengamankan jalur dari area bongkar muat menuju gudang atau titik distribusi. Kami perlu mendapat izin dari IDF (tentara Israel), dan kami juga harus memastikan area tersebut aman bagi tim kami.”
“Kondisi jalan yang sangat padat juga menjadi hambatan tambahan. Jadi situasinya benar-benar menantang,” katanya.
Distribusi bantuan, menurut Dujarric, merupakan “proses yang sangat panjang, kompleks, rumit, dan berbahaya.”
Sumber: Anadolu
Baca juga: Paus Leo: Anak-anak dan lansia di Gaza kini terancam kelaparan
Penerjemah: Primayanti
Editor: Rahmad Nasution
Copyright © ANTARA 2025