Jakarta (ANTARA) - Tim Riset Panin Sekuritas menilai fundamental ekonomi Indonesia tetap akan kuat pada kuartal IV 2025 di tengah tekanan ketidakpastian ekonomi dan geopolitik di tingkat global
Kepala Riset Panin Sekuritas Nico Laurens mengatakan kombinasi antara stabilitas moneter, disiplin fiskal, serta kepercayaan investor di pasar surat utang, memberikan keyakinan bahwa fundamental ekonomi Indonesia tetap akan kuat pada kuartal IV 2025.
"Dengan inflasi yang terkendali dan risiko eksternal yang termitigasi, perekonomian nasional diproyeksikan melanjutkan tren positif meski ketidakpastian global masih tinggi," ujar Nico dalam risetnya di Jakarta, Selasa.
Ia menjelaskan indikator fundamental makro Indonesia menunjukkan ketahanan yang solid meski pasar obligasi domestik bergerak terbatas.
Posisi yield SBN 10 tahun naik tipis ke 5,99 persen dari 5,92 persen pada pekan sebelumnya, sementara Credit Default Swap (CDS) Indonesia justru menurun ke 80,44 bps dari 81,78 bps, yang menandakan persepsi risiko negara yang tetap terkendali.
Dari mancanegara, ia mengatakan ekspektasi pemangkasan suku bunga The Fed sebesar 25 basis poin dan pertemuan Presiden AS Donald Trump dan Presiden China Xi Jinping pada pada pekan ini, akan menjadi sentimen penggerak utama.
Ia memperkirakan pembicaraan kedua kepala negara itu akan mencakup rencana penghapusan ancaman tarif 100 persen terhadap impor China, serta penundaan kebijakan restriksi ekspor logam tanah jarang.
"Pasar cenderung wait and see menunggu arah kebijakan The Fed, serta perkembangan negosiasi dagang Amerika Serikat (AS) dan China," ujar Nico.
Dari dalam negeri, menurutnya, aktivitas pendanaan pemerintah dan korporasi masih aktif, yang mana Kementerian Keuangan menargetkan lelang Surat Utang Negara (SUN) senilai Rp7 triliun pada 28 Oktober 2025.
Sejumlah perusahaan besar telah mengisi ruang pasar pendanaan, diantaranya PT Pegadaian yang menerbitkan obligasi dan sukuk berwawasan sosial senilai Rp4,77 triliun.
Kemudian, PT Petrindo Jaya Kreasi Tbk (CUAN) menyiapkan penerbitan Rp2 triliun, dan PT Sinar Mas Multiartha Tbk (SMMA) menawarkan obligasi Rp1,05 triliun dengan kupon tetap 8 persen per tahun.
Baca juga: Ekonomi RI siap menguat seiring likuiditas stabil, moneter akomodatif
Baca juga: BI: Ekonomi triwulan III akan didorong ekspor dan belanja pemerintah
Baca juga: Rupiah menguat, tanda stabilitas makro ekonomi Indonesia masih terjaga
Pewarta: Muhammad Heriyanto
Editor: Kelik Dewanto
Copyright © ANTARA 2025
Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.


















































