Pameran dagang dan jejak diplomasi ekonomi antar-bangsa

1 week ago 3

Jakarta (ANTARA) - Ada yang tak terlihat di balik keramaian pameran dagang Trade Expo Indonesia (TEI) 2025 yang berlangsung di ICE BSD City, Tangerang, pada 15-19 Oktober 2025.

Di antara lalu-lalang ribuan pebisnis, pelaku industri, dan pembeli dari 130 negara, ada kisah perjalanan panjang yang tidak hanya berbicara tentang perdagangan, tetapi juga tentang jembatan manusia yang dibangun dengan ketekunan, kepercayaan, dan mimpi akan masa depan yang lebih besar.

Kisah itu datang dari Atta Ul Karim, seorang pesohor sosial media berdarah Pakistan yang juga pengusaha dengan jaringan usaha karpet besar di Indonesia dan kini menjadi penghubung penting antara dunia usaha Indonesia dan Pakistan, melalui wadah yang ia pimpin, International Creatives Exchange (ICE).

Atta bukanlah sosok yang baru di dunia perdagangan internasional, tetapi setiap langkah yang ia ambil selalu ia anggap sebagai awal.

Bagi Atta, keberhasilan bukan sekadar menghitung berapa banyak kontrak dagang yang berhasil ditandatangani, tetapi tentang bagaimana dua bangsa bisa saling mengenal dan percaya melalui pintu ekonomi.

Tahun ini adalah kali kedua ICE dipercaya oleh Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) di Islamabad untuk membawa delegasi bisnis dari Pakistan ke TEI. “Setiap tahun kami belajar sesuatu yang baru,” ujar Atta, tersenyum.

Mereka yang datang ke TEI tahun ini sebagian besar adalah wajah-wajah baru. Dari sekitar 60 peserta yang hadir, hampir semuanya adalah pengusaha yang baru pertama kali datang ke Indonesia.

Bagi Atta, kehadiran wajah baru ini lebih dari sekadar angka. Ia melihatnya sebagai tanda bahwa keingintahuan terhadap potensi Indonesia sedang tumbuh kuat di Pakistan.

Para pengusaha baru itu bukan sekadar pembeli, tetapi calon mitra jangka panjang yang akan membentuk jaringan perdagangan baru.

Mereka datang dengan rasa ingin tahu, dengan harapan, dan dengan keinginan untuk membangun sesuatu yang berkelanjutan. Inilah kekuatan sebenarnya dari sebuah pameran seperti TEI.

Perjalanan membawa puluhan pengusaha ini tentu tidak sederhana. Di balik layar, ada kerja keras selama berbulan-bulan untuk memastikan semua proses berjalan lancar.

Komunikasi dengan para calon peserta, koordinasi dengan KBRI, memastikan dokumen, perjalanan, dan kebutuhan mereka terpenuhi, semua itu menjadi bagian dari kerja panjang ICE.

Karena itu, Atta sangat berterima kasih kepada KBRI Islamabad, khususnya Dubes Chandra W. Sukotjo. Kepercayaan dubes itu untuk terlibat lagi tahun ini sangat berarti.

Baginya, kepercayaan itu adalah bentuk pengakuan sekaligus tanggung jawab yang besar.


Diplomasi ekonomi

Kisah kerja sama ICE dan KBRI Islamabad ini menjadi contoh nyata dari diplomasi ekonomi yang tumbuh dari fondasi kepercayaan.

Dubes RI untuk Pakistan Chandra W. Sukotjo memahami betul potensi besar kemitraan ekonomi antara Indonesia dan Pakistan.

Dalam beberapa tahun terakhir, kedua negara menunjukkan peningkatan hubungan dagang yang signifikan, dan pameran, seperti TEI menjadi katalis yang mempercepat arus perdagangan itu. Perdagangan bukan sekadar transaksi, namun juga pertemuan budaya, kepercayaan, dan harapan.

TEI 2025 sendiri mencatatkan capaian luar biasa. Sebanyak 1.619 peserta membuka stan, memperkenalkan produk unggulan dari berbagai sektor, mulai dari pertanian, makanan dan minuman, tekstil, furnitur, hingga teknologi.

Tidak kurang dari 8.045 pembeli terdaftar dari 130 negara, menunjukkan minat yang tinggi terhadap produk Indonesia. Pakistan menjadi salah satu negara dengan kehadiran signifikan tahun ini, baik melalui delegasi ICE maupun peserta yang datang secara mandiri.

Jumlah 60 orang itu belum termasuk mereka yang datang sendiri tanpa difasilitasi. Itu artinya, daya tarik Indonesia semakin kuat.

Salah satu hal yang membuat TEI tahun ini istimewa adalah penyelenggaraannya yang semakin luas dan tematik. Hampir seluruh hall di ICE BSD City digunakan, dengan tambahan pameran Pangan Nusa yang disinergikan di Hall 9.

Perubahan ini menunjukkan bagaimana TEI terus beradaptasi dengan dinamika pasar global dan kebutuhan para pelaku usaha.

Namun, bagi Atta, semua angka dan pencapaian itu bukanlah inti dari cerita. Ia lebih tertarik pada percakapan-percakapan kecil yang ia dengar di sudut-sudut pameran, pengusaha rempah asal Jawa yang menemukan mitra baru dari Lahore, eksportir tekstil asal Karachi yang terkesima dengan kualitas produk batik, atau pelaku usaha peralatan rumah tangga dari Bandung yang mulai membicarakan kerja sama jangka panjang dengan perusahaan logistik Pakistan.

Di sinilah nilai sebenarnya dari kerja. Atta bukan hanya memfasilitasi perdagangan, tetapi membangun jembatan manusia. Dan jembatan itu akan membawa hubungan kedua negara ke tingkat yang lebih dalam.

Atta percaya bahwa perdagangan memiliki kekuatan yang lebih besar dari sekadar pertukaran barang dan jasa. Ia melihatnya sebagai ruang dialog dan pemahaman.


Ekonomi berkelanjutan

Dalam setiap pertemuan bisnis, ada pertukaran ide, nilai, dan cara pandang. Dari situlah muncul rasa saling percaya, dan dari kepercayaan itu tumbuh kerja sama yang lebih luas.

Atta selalu mengatakan kepada para pengusaha di Pakistan, datanglah ke Indonesia bukan hanya untuk membeli atau menjual. Datanglah untuk memahami. Karena dengan memahami, kita bisa membangun hubungan yang bertahan lama.

Perjalanan panjang ICE dan KBRI Islamabad dalam mendekatkan dua dunia usaha ini juga menjadi cermin bagaimana diplomasi ekonomi modern bekerja.

Tidak lagi hanya melalui meja perundingan atau perjanjian dagang formal, tetapi melalui jejaring manusia yang nyata.

Dalam konteks inilah, kehadiran para pengusaha baru dari Pakistan ke TEI 2025 menjadi lebih dari sekadar partisipasi. Ini adalah langkah kecil dari proses panjang membangun ekosistem kerja sama ekonomi yang berkelanjutan.

Saat malam mulai turun di BSD City dan riuh rendah pameran mulai mereda, Atta duduk sejenak di sudut ruangan, memperhatikan para peserta dari negaranya yang sibuk berdiskusi dengan mitra-mitra baru dari Indonesia. Ada rasa lega sekaligus haru yang sulit disembunyikan.

Setiap tahun dia berusaha lebih baik, dan setiap wajah baru yang dilihat adalah alasan untuk melangkah lagi tahun depan.

Kisah Atta dan ICE mungkin terdengar sederhana, membawa puluhan pengusaha ke sebuah pameran dagang.

Namun di balik kesederhanaan itu, ada dedikasi yang lahir dari keyakinan bahwa dunia yang lebih saling terhubung tidak dibangun dalam semalam.

Langkah yang dibangun oleh orang-orang yang percaya bahwa setiap pertemuan, sekecil apa pun, bisa menjadi awal dari masa depan yang lebih besar.

Dan itulah esensi dari apa yang terjadi di TEI 2025, sebuah pertemuan bukan hanya untuk berdagang, tetapi untuk saling mengenal, memahami, dan tumbuh bersama.

Copyright © ANTARA 2025

Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.

Read Entire Article
Rakyat news | | | |