Merawat Budaya Mamuju melalui ritual Massossor Manurung

3 hours ago 3

Mamuju (ANTARA) - Upacara adat Massossor Manurung atau pencucian pusaka sakral peninggalan Kerajaan Mamuju di Provinsi Sulawesi Barat, menjadi momentum penting untuk merawat nilai-nilai budaya, spiritual, dan persatuan masyarakat di tengah arus modernisasi.

Massossor Manurung adalah ritual pencucian keris yang dilakukan oleh Kerajaan Mamuju, setiap dua tahun sekali di Kabupaten Mamuju.

Secara etimologi, kata Massossor memiliki arti penyucian atau pembersihan, dan Manurung berarti benda kerajaan.

Maradika (Raja) Mamuju Bau Akram Dai mengatakan, ritual Massossor Manurung telah diwariskan turun-temurun sejak tahun 1.500 Masehi.

Ia menyebut, ritual ini berasal dari masa pemerintahan Raja Lasalaga, sosok yang diyakini memiliki kembaran bernama "Maradika Tammakana-kana" atau raja yang tak bisa berbicara, yang kemudian disebut pusaka Manurung.

Pusaka Manurung telah menjadi simbol kekuatan, kepemimpinan, dan keadilan di Tanah Mamuju sejak tahun 1500 Masehi.

"Sehingga pada saat sekarang ini, anak cucunya dan lembaga adat sering melaksanakan Sossor Manurung, satu kali dalam dua tahun pada tahun ganjil," tutur Bau Akram Dai.

Ia juga menjelaskan filosofi lokal yang menjadi dasar kehidupan masyarakat Mamuju hingga kini, yaitu ‘Sema manginung uai randanna to Mamuju, maka ia to Mamuju

Filosofi itu mengandung makna, siapa pun yang minum air di Tanah Mamuju adalah bagian dari Mamuju dan memiliki tanggung jawab untuk menjaga kedamaian serta membangun daerah ini.

"Kami dari Lembaga Adat Kerajaan Mamuju siap bergandengan tangan dengan pemerintah provinsi dan kabupaten untuk menjaga nilai budaya dan kearifan lokal," kata Bau Akram Dai, yang juga sebagai Kepala Dinas Pariwisata Provinsi Sulbar.

Prosesi Massossor Manurung diawali kirab budaya dengan mengarak pusaka yang akan dicuci di kawasan Rumah Adat Mamuju.

Ketika tiba di lokasi, langsung disambut tarian penghormatan, seolah menyambut roh leluhur yang diyakini turut hadir pada prosesi sakral tersebut.

Pada puncak ritual adat Massossor Manurung, benda pusaka dicuci dengan air kembang dan wewangian khusus, diiringi doa-doa dalam bahasa Mamuju.

Proses ini dipimpin langsung Maradika Mamuju Andi Bau Akram Dai, didampingi para pemangku adat.

Tradisi Masossor Manurung sendiri dipercaya memiliki tuah yang dapat memberikan berkat pada masyarakat.

Mulanya, tradisi tersebut dilakukan saat masyarakat Mamuju mengalami masa sulit yaitu kekeringan.

Hal tersebut mendorong raja untuk memerintahkan Galaggar Pitu agar memandikan dan mensucikan keris pusaka kerajaan.

Setelah melakukan pembersihan, air hasil mencuci keris tersebut disebar ke kebun, sawah, dan laut. Penyebaran air tersebut akhirnya meredakan kekeringan.

Baca juga: Tenun Sekomandi dinilai menjadi daya tarik budaya Sulawesi Barat

Baca juga: Gubernur Sulbar ajak masyarakat jaga budaya di tengah arus modernisasi

Editor: Dadan Ramdani
Copyright © ANTARA 2025

Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.

Read Entire Article
Rakyat news | | | |