Menko PMK: Gulir medsos tanpa tujuan tantangan tingkatkan minat baca

10 hours ago 2
Dunia digital bisa membantu, tetapi di sisi lain adalah kompetitor berat dari para pustakawan yang mendorong anak-anak untuk membaca

Jakarta (ANTARA) - Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (Menko PMK) Pratikno menyatakan kebiasaan menggulir media sosial (medsos) tanpa tujuan atau mindless scrolling menjadi tantangan bagi pustakawan untuk meningkatkan minat baca masyarakat.

"Dunia digital bisa membantu, tetapi di sisi lain adalah kompetitor berat dari para pustakawan yang mendorong anak-anak untuk membaca. Informasi tanpa redaksi berseliweran di antara kita, di antara mahasiswa, dan kemudian menjadi informasi yang begitu cepat, serba instan, tidak menumbuhkan kedalaman berpikir dan sikap kritis," katanya dalam Peringatan Hari Ulang Tahun (HUT) Perpustakaan Nasional (Perpusnas) ke-45 di Jakarta, Jumat.

Menurutnya, kebiasaan menggulir medsos tanpa batas waktu menjadi salah satu tantangan di Indonesia, karena berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), Indonesia termasuk negara dengan waktu menatap layar digital atau screen time yang cukup tinggi.

"Lebih dari tujuh jam screen time kita (dalam sehari), dan yang menyedihkan lagi, data dari BPS menunjukkan bahwa gawai itu sudah dinikmati oleh anak-anak kurang dari dua tahun karena para pengasuh atau ibu yang repot ketika anaknya tidak mau makan, kemudian disajikan saja gawai, sehingga paparannya tinggi, mengakibatkan kecanduan," ujar dia.

Baca juga: Pemerintah belajar dari Australia soal pembatasan medsos bagi anak

Pratikno mengemukakan, dunia digital tersebut sebenarnya dapat dimanfaatkan sebagai media peningkatan literasi, namun di sisi lain, para pustakawan memiliki tantangan besar ketika menghadapi informasi-informasi yang tersebar secara instan.

"Kita para pendidik bisa memanfaatkan itu sebagai media untuk literasi, tetapi di saat yang sama, ketika informasinya sangat instan, jadi terpotong-potong kemudian tidak menstimulasi untuk berpikir secara mendalam," ucapnya.

Ia menambahkan, kebiasaan mindless scrolling juga dapat membuat pengguna untuk memutuskan sesuatu tanpa berpikir panjang, yang akan menumbuhkan perilaku yang berbahaya bagi generasi ke depan.

"Jadi perilaku menggulir medsos, termasuk bapak/ibu yang suka Tiktok misalnya, akan memutuskan bertahan atau tidak bertahan (di medsos) hanya dalam waktu kurang dari 20 detik. Bayangkan, hanya 20 detik sudah bisa memutuskan, maka karena kebiasaan scrolling ini, kita bisa memutuskan hal-hal penting kurang dari 20 detik, itu akan menumbuhkan perilaku yang tidak dalam dan tidak inspiratif bagi anak-anak kita," paparnya.

Baca juga: Cegah kehamilan tak diinginkan, remaja perlu diedukasi gunakan medsos

Untuk mengatasi hal tersebut, maka Pratikno menjelaskan Kemenko PMK tengah menggaungkan gerakan bijak dan cerdas ber-AI untuk menjauhkan anak-anak dan masyarakat dari kegiatan mindless scrolling.

"Jadi ketika mengakses akal imitasi (AI), kita harus bijak dan fondasinya adalah berpikir kritis, itu bisa dilakukan dengan membaca (informasi) secara utuh, bukan mindless scrolling tanpa berpikir, dan kita harus menjauhkan anak-anak serta cucu-cucu kita agar tidak terjebak dengan screen time yang terlalu lama, harus terkontrol dengan baik dan jangan membuat tradisi ke anak-anak dengan mindless scrolling itu," tuturnya.

Baca juga: Kemenag ingatkan petugas haji unggah hal baik ke medsos selama tugas

Pewarta: Lintang Budiyanti Prameswari
Editor: Sambas
Copyright © ANTARA 2025

Read Entire Article
Rakyat news | | | |