Jayapura (ANTARA) - Pegunungan Cycloop bukan sekadar kawasan pegunungan melainkan juga jantung kehidupan bagi masyarakat setempat. Secara administratif Pegunungan Cycloop berada di wilayah Kota dan Kabupaten Jayapura. Wilayah tersebut membentang dari barat ke timur sepanjang 78 kilometer dari Kampung Maribu, Distrik Sentani Barat, Kabupaten Jayapura hingga ke Pasir Enam Distrik Jayapura Utara, Kota Jayapura.
Pegunungan Cycloop dengan luas 31.479,89 hektare tersebut merupakan jajaran pegunungan yang memiliki beberapa nama, yakni Pegunungan Dobonsolo, Pegunungan Dafonsoro atau Pegunungan Robhong Holo. Puncak tertinggi Gunung Dafonsoro mencapai 1.580 meter dari permukaan laut (Mdpl), Gunung Dobonsolo atau Pegunungan Robhong Holo 1.970 Mdpl.
Pegunungan Cycloop merupakan kawasan penting yang harus dijaga kelesatariannya, karena daerah tersebut berfungsi sebagai cagar alam yang melindungi aneka ragam hayati baik flora maupun fauna endemik Papua.
Sejumlah flora yang tumbuh di kawasan ini di antaranya beberapa jenis anggrek seperti anggrek hitam, anggrek besi, anggrek jamrud hitam, anggrek jamrud kuning, anggrek kuning, anggrek dasi, anggrek nenas, anggrek kelinci dan anggrek kantung.
Selain itu, fauna endemik Papua yang berkembang biak di kawasan pegunungan ini seperti burung cenderawasih, burung kasuari, kuskus landak semut Irian dan kanguru pohon.
Oleh sebab itu, guna menjaga konservasi dan kelestarian alam Pegunungan Cycloop perlu komitmen dan kolaborasi bersama, tidak hanya dari unsur Pemerintah saja melainkan juga masyarakat adat, Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM), akademisi, serta instansi atau institusi terkait lainnya.
“Keberhasilan upaya pelestarian Pegunungan Cycloop sangat bergantung pada komitmen dan kerja sama yang kuat dari seluruh pemangku kepentingan,” kata Pelaksana Tugas (Plt) Kepala Dinas Kehutanan dan Lingkungan Hidup Provinsi Papua, Aristoteles Ap, menandaskan.
Pemberdayaan masyarakat
Keberhasilan pelestarian cagar alam Pegunungan Cycloop ini sangat bergantung pada komitmen Pemerintah Kota dan Kabupaten Jayapura serta unsur masyarakat lainnya.
Untuk itu, kerja sama yang erat dan sinergi yang kuat menjadi kunci keberhasilan dalam menjaga kelestarian hutan di Provinsi Papua. “Kami percaya pendekatan kolaboratif dan partisipatif merupakan kunci keberhasilan dalam pengelolaan hutan di Papua,” ujar Aristoteles.
Guna mendukung program tersebut, pemerintah daerah setempat melakukan pemberdayaan masyarakat melalui produksi Hasil Hutan Bukan Kayu (HHBK). Hingga akhir 2024 sudah terdapat 45 kelompok tani hutan dengan berbagai produk seperti stik sagu, ice cream, sisir bambu, minyak kelapa murni, noken, lukisan kulit kayu, hiasan kepala, kacang sagu keriting yang tersebar di kabupaten kota.
Program lainnya, membangun ekowisata seperti membuat tracking hutan bakau yang ada di enggors, tracking kali buaya di Koya, tracking sagu di Kampung Yoboi, tracking hutan juga di Genyem.
Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam (BBKSDA) Papua memperdayakan masyarakat dengan membentuk kelompok pemberdayaan masyarakat. Dengan begitu, masyarakat diharapkan bisa semakin sadar akan pentingnya menjaga kelestarian Cycloop.
“Kami menempatkan pendamping di setiap kelompok agar masyarakat tidak hanya menerima bantuan, tetapi juga memperoleh pendampingan secara intensif dengan begitu secara tidak langsung dapat semakin sadar akan pentingnya menjaga kelestarian Cycloop,”kata Ketua Pokja Perencanaan, Perlindungan dan Pengawetan Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam (BBKSDA) Papua, Taufik Mubarak.
Pada 2024 BBKSD menganggarkan kegiatan fasilitasi usaha ekonomi produktif pada kawasan konservasi senilai Rp1,26 miliar . Bantuan tersebut didistribusikan untuk 50 kelompok di Kabupaten dan Kota Jayapura.
Kelompok pemberdayaan masyarakat itu melakukan beberapa tahapan kegiatan mulai dari pendampingan kelompok, monitoring dan evaluasi serta bantuan usaha ekonomi produktif.
Di Kabupaten Jayapura misalnya, ada pembinaan kelompok tanaman anggrek, ada juga kelompok wisata terbatas untuk burung Cenderawasih, serta beberapa kelompok perikanan dan perkebunan yang ada di sekitar kawasan konservasi. Pada 2025 pemerintah juga memprogramkan pembentukan kelompok usaha.
Metode pengelolaan kawasan pegunungan melalui pemberdayaan masyarakat dalam kawasan konservasi ini merupakan salah satu inovasi pengelolaan yang berkeadilan dan berkelanjutan. Dengan begitu maka masyarakat dapat membantu melestarikan hutan, namun tidak melalaikan apa yang sebenarnya dibutuhkan.
Kompleksitas permasalahan di Pegunungan Cycloop menuntut keterlibatan banyak pihak untuk mencari solusi bersama. Secara biofisik kawasan Pegunungan Cycloop berada di dataran tinggi, sementara permukiman warga berada di bawahnya, maka kerusakan di hulu akan berdampak langsung ke wilayah hilir baik dalam bentuk krisis air bersih maupun potensi bencana seperti banjir dan longsor.
Dari sisi kelembagaan, BBKSDA Papua berpartisipasi aktif dalam kerja sama dengan berbagai pihak yang memiliki kepedulian terhadap Cycloop. Meski begitu, hingga kini masih ada masyarakat yang melakukan perambahan. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Fakultas Pertanian, Kehutanan dan Kelautan Ottow Geisler selama setahun, kualitas air terjadi indikasi pencemaran dan ini menandakan kawasan ini terus dibuka dan semakin mendekati Cagar Alam Cycloop.
"Peraturan sudah ada, tetapi di lapangan masih ada toleransi terhadap pelanggaran. Seharusnya, jika ada oknum yang melakukan perusakan lingkungan, ada tindakan tegas," kata akademisi dari Universitas Ottow Geissler Papua, Frank L. Apituley.
Sanksi bagi perambah.
Pemerintah Kabupaten dan Kota Jayapura telah mengeluarkan peraturan daerah terkait pengelolaan dan perlindungan Cycloop. “Kami, masyarakat adat di kawasan Cycloop, memberikan dukungan penuh dalam menjaga kelestarianya. Namun, dalam perjalanan ini tentu banyak tantangan, degradasi kawasan akibat aktivitas manusia. Untuk itu, sanksi tegas perlu dilakukan,” ujar Koordinator Perkumpulan Dewan Adat Suku Wilayah Tabi, Provinsi Papua, Daniel Toto.
Jika tidak dilakukan tindakan tegas perambahan hutan akan terus dilakukan, sehingga dikhawatirkan insiden banjir bandang tahun 2019 di Kabupaten Jayapura akan terulang. "Dampak nyata dari kerusakan Cycloop, salah satunya bencana banjir bandang yang melanda Sentani pada 2019. Peristiwa tersebut merenggut ratusan nyawa serta merusak ribuan rumah," katanya.
Oleh sebab itu, oknum-oknum yang membuka lahan perkebunan di daerah cagar alam Cycloop harus ditindak tegas. Penanganan masalah di Cycloop bukan hanya tugas pemerintah, tetapi juga tanggung jawab bersama, utamanya para pemangku kepentingan. Sebagai kawasan konservasi yang menjadi sumber mata air dan berperan penting dalam mitigasi bencana, kelestarian Cycloop harus terus dijaga. Lestarinya cagar alam Cycloop adalah lestarinya flora maupun fauna endemik dari Papua.
Editor: Slamet Hadi Purnomo
Copyright © ANTARA 2025