Sampit (ANTARA) - Masyarakat di Kecamatan Tualan Hulu, Kabupaten Kotawaringin Timur (Kotim), Kalimantan Tengah mulai membangun betang atau rumah adat suku Dayak sebagai wujud nyata dalam pelestarian budaya yang ditargetkan selesai di tahun 2026.
“Inisiatif ini sangat bagus dalam rangka pelestarian budaya daerah, apalagi saat ini di Kotim hanya memiliki satu rumah betang yaitu Rumah Betang Tumbang Gagu di Kecamatan Antang Kalang yang umurnya sudah ratusan tahun,” kata Kepala Disbudpar Kotim Bima Ekawardhana di Sampit, Senin.
Ia menjelaskan, betang adalah rumah adat suku Dayak yang ada di Kalimantan. Rumah ini tidak hanya berfungsi sebagai tempat tinggal, tetapi juga sebagai pusat kehidupan sosial, budaya, dan spiritual bagi masyarakat Dayak.
Namun, sekarang betang sudah sangat jarang ditemukan karena beberapa faktor seperti perubahan gaya hidup masyarakat Dayak, kurangnya perawatan dan pemeliharaan, serta dampak modernisasi dan pembangunan.
Oleh karena itu, pihaknya menyambut gembira inisiatif masyarakat terutama tokoh adat di Kecamatan Tualan Hulu untuk membangun betang, karena dengan begitu masyarakat juga ikut andil dalam pelestarian budaya daerah.
“Jadi, pembangunan betang di Tualan Hulu ini memang keinginan masyarakat setempat, tujuannya untuk dijadikan tempat berkumpul para tokoh di sana atau ketika acara acara keagamaan, ritual adat dan sebagainya bisa menggunakan bangunan tersebut,” ujarnya.
Baca juga: Buku Khazanah Arsitektur Dayak angkat potensi heritage Kalimantan
Baca juga: Kalteng lakukan pengkajian Betang Antang Kalang sebagai cagar budaya
Bima melanjutkan, tujuan masyarakat membangun betang itu pun sejalan dengan nilai-nilai luhur yang terkandung di dalamnya. Sebab, bagi masyarakat Dayak rumah betang merupakan simbol kuat dari semangat gotong-royong dan kebersamaan.
Hal ini juga mencerminkan keharmonisan masyarakat di Kotim yang walaupun berbeda agama, ras maupun suku tetapi tetap menjaga kebersamaan, solidaritas dan saling membantu.
Dengan makna yang mendalam dan ciri khas rumah betang di Tualan Hulu juga diharap bisa dikembangkan menjadi salah satu objek wisata di Kotim, seperti Rumah Betang Tumbang Gagu yang mampu mempesona wisatawan dari berbagai negara.
“Karena betang itu simbol warisan budaya, jadi kami berharap ke depannya itu bisa dikembangkan untuk tempat wisata dan ini juga dapat membawa manfaat bagi masyarakat setempat,” ucapnya.
Ia menambahkan, betang di Tualan Hulu tidak termasuk aset pemerintah daerah, karena bangunan itu dibangun oleh masyarakat, kendati demikian, pemerintah daerah tetap membantu untuk anggaran pembangunannya.
Baca juga: Mahasiswa UPR pelajari arsitektur rumah adat Betang Toyoi
Baca juga: Gubernur ajak jemaat GKE rawat keharmonisan dan falsafah Huma Betang
Dia juga mendorong perusahaan besar swasta (PBS) yang beroperasi di wilayah setempat turut berkontribusi dalam pembangunan betang yang ditargetkan rampung pada 2026.
Terpisah, Kepala Panitia Pembangunan Betang di Tualan Hulu Anggau menyampaikan dana awal pembangunan Betang diperoleh dari bantuan pemerintah serta kontribusi para pengusaha.
Tepatnya, pembangunan betang ini dilaksanakan di Desa Luwuk Sampit Kecamatan Tualan Hulu. Sebelumnya, pada Sabtu (28/6), pihaknya telah melaksanakan pemasangan tiang utama sebagai tanda dimulainya pembangunan.
Pemasangan tiang utama ini diawali dengan proses adat tampung tawar oleh Damang Kepala Adat dan turut dihadiri Camat Tualan Hulu, Ketua DAD, Mantir Tualan Hulu, Asisten I Setda Kotim, Kepala Disbudpar, perwakilan PBS serta tokoh masyarakat setempat.
“Material sudah kami siapkan sampai tahap pemasangan tiang utama. Proses pemasangan tiang kami lakukan secara tradisional, sesuai adat Dayak di Tualan Hulu. Semoga pembangunan ini berjalan lancar dan sesuai estimasi kami 2026 nanti bisa selesai,” demikian Anggau.
Baca juga: Festival rimba tumbuhkan kebanggaan identitas Dayak Iban Sungai Utik
Baca juga: Bappenas: Rumah adat Dayak akan dibangun di kawasan pemerintahan IKN
Baca juga: Pemkab Gumas daftarkan rumah adat Dayak sebagai objek cagar budaya
Pewarta: Muhammad Arif Hidayat/Devita Maulina
Editor: Budhi Santoso
Copyright © ANTARA 2025
Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.