Masalah keamanan hambat pengiriman bantuan di Gaza

3 hours ago 2

PBB (ANTARA) - Masih belum ada bantuan yang dikirim ke warga sipil yang kelaparan di Gaza, yang terancam dilanda kelaparan setelah rute tunggal yang ditetapkan oleh militer Israel dianggap tidak aman, ungkap juru bicara (jubir) Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) pada Rabu (21/5).

Stephane Dujarric, kepala jubir Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres, menyampaikan bahwa sejauh pekan ini, sekitar 100 truk bermuatan bantuan telah diizinkan oleh Israel untuk memasuki perlintasan Kerem Shalom/Karem Abu Salem, tetapi distribusi bantuan ke warga Gaza masih nol.

Dujarric memaparkan bahwa muatan tersebut diturunkan dari truk-truk di area transit pos pemeriksaan untuk diinspeksi. Beberapa pasokan bantuan dipindahkan ke truk lain yang dikirim ke perlintasan tersebut dari dalam Gaza untuk melakukan pengiriman ke gudang-gudang dan pos-pos pemeriksaan lainnya. Namun, tak satu pun dari pasokan bantuan tersebut meninggalkan area transit itu.

Dujarric berkata rute tunggal yang disetujui oleh militer Israel bagi truk-truk yang menuju lokasi tujuan dianggap tidak aman. Jalur padat yang dipetakan tersebut rawan penjarahan, yang dianggap sebagai kemungkinan penyebab yang nyata karena tidak ada bantuan yang diizinkan masuk selama lebih dari 11 pekan dan masyarakat sangat membutuhkan makanan. Rute-rute itu juga harus melewati area operasi militer Israel.

Warga Palestina terlihat di antara puing-puing rumah yang hancur setelah serangan udara Israel di Jalur Gaza (Xinhua)

Dengan 80 persen wilayah Gaza terdampak perintah pengungsian atau berada di dalam zona militer Israel, lembaga kemanusiaan harus mengoordinasikan pergerakan mereka dengan otoritas Israel. OCHA juga mendesak pembukaan beberapa titik perlintasan untuk bantuan kemanusiaan, termasuk barang-barang komersial. PBB dan mitra-mitra kemanusiaannya siap mengirim bantuan dalam jumlah besar.

Dujarric menuturkan bahwa PBB dan mitra-mitranya di Gaza telah berdiskusi dengan para pemimpin masyarakat di Gaza terkait bagaimana memitigasi risiko penjarahan dan memastikan pasokan bantuan yang memasuki Gaza sampai ke tangan warga yang membutuhkan. Hingga saat ini, terbatasnya jumlah pasokan bantuan yang memasuki perlintasan belum mencukupi kebutuhan warga Gaza yang begitu luas, dan masih banyak lagi bantuan harus diberikan.

Meski Dujarric mengatakan belum ada bantuan yang dikirim untuk disalurkan ke Gaza hingga Rabu pukul 06.30 waktu setempat, masih ada kemungkinan beberapa truk akan diberangkatkan di kemudian waktu jika rute yang aman telah dipastikan.

Kantor PBB untuk Koordinasi Urusan Kemanusiaan (UN Office for the Coordination of Humanitarian Affairs/OCHA) menyampaikan bahwa otoritas Israel telah menyetujui pasokan bantuan untuk melintas masuk ke Jalur Gaza pada Senin (19/5) dan Selasa (20/5), tetapi melarang pengiriman barang-barang penting lainnya, seperti produk kebersihan atau bahan bakar.

Sebuah tempat penampungan sementara terlihat di Jalur Gaza (Xinhua)

OCHA juga mendesak pembukaan beberapa titik perlintasan untuk bantuan kemanusiaan, termasuk barang-barang komersial. PBB dan mitra-mitra kemanusiaannya siap mengirim bantuan dalam jumlah besar. OCHA juga menyampaikan bahwa serangan terhadap fasilitas perawatan kesehatan terus berlanjut. Rumah Sakit Al Awda, satu-satunya rumah sakit yang masih berfungsi sebagian di Kegubernuran Gaza Utara, terdampak oleh serangan Israel namun masih memberikan perawatan kepada belasan pasien. Pada Selasa, Rumah Sakit Kamal Adwan ditutup. Enam orang yang dirawat di pusat stabilisasi malanutrisi di rumah sakit tersebut termasuk ke dalam pasien dan staf medis yang direlokasi ke Gaza City.

OCHA mengatakan bahwa saat pengeboman dan serangan artileri terus berlanjut di seluruh Jalur Gaza, Kementerian Kesehatan di Gaza melaporkan bahwa puluhan orang telah tewas. Kementerian juga mengeluarkan seruan mendesak terkait permintaan kantong darah.

OCHA menyampaikan banyak warga terus mengungsi, menyelamatkan diri di tengah intensnya pengeboman tanpa tempat yang aman untuk berlindung atau mendapatkan pasokan.

Menurut OCHA, mitra-mitranya melaporkan bahwa hampir separuh dari warga yang baru mengungsi telah melarikan diri tanpa membawa harta benda mereka, dan pengungsian tersebut menimbulkan tekanan yang sangat besar bagi tim-tim kemanusiaan, terutama ketika tidak ada makanan atau pasokan mendasar lainnya untuk dibagikan.

Badan kemanusiaan itu menyebutkan bahwa mitra-mitra kemanusiaan PBB di Gaza City melaporkan sangat tidak memadainya jumlah tempat penampungan. Warga tinggal di bangunan yang terbengkalai, bangunan yang belum selesai dibangun, dan bangunan yang hancur atau rusak. Bahkan, beberapa di antara mereka tidur di ruang terbuka.

Warga Palestina terlihat di antara puing-puing rumah yang hancur setelah serangan udara Israel di Jalur Gaza (Xinhua)

OCHA juga menyampaikan bahwa serangan terhadap fasilitas perawatan kesehatan terus berlanjut. Rumah Sakit Al Awda, satu-satunya rumah sakit yang masih berfungsi sebagian di Kegubernuran Gaza Utara, terdampak oleh serangan Israel namun masih memberikan perawatan kepada belasan pasien. Pada Selasa, Rumah Sakit Kamal Adwan ditutup. Enam orang yang dirawat di pusat stabilisasi malanutrisi di rumah sakit tersebut termasuk ke dalam pasien dan staf medis yang direlokasi ke Gaza City

OCHA mengatakan bahwa di Khan Younis, Rumah Sakit Gaza Eropa masih belum beroperasi usai diserang pada pekan lalu. Penutupan rumah sakit itu menyebabkan para pasien tidak mendapatkan layanan-layanan vital, termasuk bedah saraf, perawatan jantung, dan pengobatan kanker, yang semua layanan itu tidak tersedia di tempat lain di Gaza.

OCHA menguraikan para mitranya menyediakan air, layanan sanitasi, dan layanan kebersihan, serta memperingatkan bahwa situasi air kian memburuk dari hari ke hari. Pabrik desalinasi terbesar di Gaza utara tercakup ke dalam area yang akan terkena perintah pengungsian, sehingga mengganggu akses air minum bagi sekitar 150.000 orang.

OCHA mengatakan bahwa situasi di Al Mawasi, Gaza selatan, juga tak kalah memprihatinkan, mengingat daerah itu tidak terkoneksi dengan jaringan air dan sangat bergantung pada air yang diangkut menggunakan truk, sehingga diperlukan kendaraan dan bahan bakar untuk melayani masyarakat di sana.

Penerjemah: Xinhua
Editor: Azis Kurmala
Copyright © ANTARA 2025

Read Entire Article
Rakyat news | | | |