Kumpulkan apoteker, BPOM perketat awasi peredaran antibiotik di Papua

1 month ago 12
Makanya hari ini kami kumpulkan teman-teman apoteker, supaya pengawasan lebih maksimal di lapangan

Manokwari (ANTARA) - Balai Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) Manokwari, Papua Barat, memperketat pengawasan terhadap peredaran obat antibiotik di wilayah Papua Barat guna mencegah penyalahgunaan dan mengurangi risiko resistensi anti-mikroba.

Kepala BPOM Manokwari Agustince Werimon di Manokwari, Selasa, mengatakan Papua Barat masuk dalam kategori zona biru dengan rata-rata peredaran obat antibiotik tanpa menggunakan resep dokter kurang lebih 80 persen.

"Makanya hari ini kami kumpulkan teman-teman apoteker, supaya pengawasan lebih maksimal di lapangan," ujarnya.

Agustince menjelaskan penggunaan antibiotik tanpa disertai dengan resep dokter berpotensi menimbulkan resistensi, yaitu kondisi ketika bakteri mengalami kekebalan terhadap obat yang dikonsumsi masyarakat.

Baca juga: BBPOM Jakarta ingatkan warga agar bijak gunakan obat

Peredaran obat antibiotik tanpa menggunakan resep dokter, kata dia, terhitung sejak Januari hingga Agustus tahun 2025 sebanyak 32.088 butir yang didominasi tiga jenis antibiotik yaitu amoksisilin, ampisilin, dan tetrasiklin.

"Antibiotik harus ada resep dokter, karena bisa menimbulkan resisten obat. Misalnya di resep ada 15 tablet, maka harus diminum sampai tuntas," kata Agustince.

Menurut dia, resistensi antibiotik menjadi masalah global karena kondisi tersebut mengurangi efektivitas pengobatan penyakit menular, sekaligus menjadi ancaman kesehatan masyarakat sehingga perlu strategi pengendalian.

Selain meningkatkan pola pengawasan, BPOM Manokwari juga gencar melakukan edukasi kepada masyarakat, termasuk tenaga kefarmasian, di Papua Barat mengenai tata cara penggunaan obat antibiotik sesuai prosedur.

Baca juga: Mengenal resistensi antibiotik

“Kolaborasi lintas sektor sangat penting agar pengendalian antibiotik berjalan efektif. Kami berharap masyarakat lebih bijak dan tenaga kesehatan lebih disiplin,” katanya.

Dia mengakui masih banyak kendala yang dihadapi dalam pengendalian antibiotik karena berkaitan dengan rendahnya pemahaman masyarakat, sehingga memerlukan edukasi dan sosialisasi secara masif.

BPOM Manokwari, lanjut dia, juga berencana melanjutkan kegiatan edukasi yang menyasar lembaga pendidikan di wilayah Papua Barat guna memperkuat pemahaman generasi muda soal bahaya penyalahgunaan antibiotik.

"Kepedulian dan kolaborasi bertujuan agar Papua Barat bisa keluar dari zona biru dan masuk ke zona hijau peredaran antibiotik," ucap Agustince.

Baca juga: IDAI tekankan konsumsi antibiotik harus berdasarkan resep dokter

Pewarta: Fransiskus Salu Weking
Editor: Risbiani Fardaniah
Copyright © ANTARA 2025

Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.

Read Entire Article
Rakyat news | | | |