Jakarta (ANTARA) - Kondisi 13 korban ledakan di SMAN 72 Jakarta yang dirawat di Rumah Sakit Islam Jakarta (RSIJ) Cempaka Putih, sudah berangsur membaik dan rata-rata mengalami trauma pada daerah pendengarannya.
"Yang dirawat 13 orang ini hampir semuanya kondisinya berangsur membaik," kata Direktur RSIJ Cempaka Putih Jakarta Pusat Pradono Handojo di Jakarta, Senin.
Menurut dia, dari 13 orang yang masih di rawat di RSIJ Cempaka Putih, dua korban masih di ruang ICU dan HCU, sementara 11 lainnya berada di kamar rawat inap.
Ia menjelaskan bahwa kondisi mereka sudah semakin membaik dibandingkan pada awal kedatangannya ke rumah sakit tersebut.
Baca juga: RSIJ Cempaka Putih masih rawat 13 korban ledakan SMAN 72
Pradono menjelaskan bahwa secara umum korban yang masih di rawat mengalami trauma pada daerah pendengarannya, hal ini dikarenakan dari suara ledakan yang terjadi.
"Secara umum yang kami dapati adalah trauma yang cukup serius pada daerah pendengaran," ujarnya.
Bahkan, lanjut dia, ada korban yang gendang telinganya bolong total, sehingga pihaknya akan terus mengawasi pasien tersebut.
"Mudah-mudahan dalam dua minggu ini akan sembuh sendiri. Namun kalau tidak, akan ada rencana tindak lanjut," katanya.
Sebelumnya, orang tua siswa SMAN 72 Jakarta Djumiaty Hatong mengatakan, dirinya mendampingi sang anak yang merupakan siswa kelas XI SMAN 72 Jakarta mengikuti pertemuan secara daring dengan materi tentang pemulihan dan persiapan mental peserta didik sebelum kembali ke sekolah.
"Tadi, saya juga mengikuti upacara Hari Pahlawan secara online juga," kata dia.
Baca juga: Kondisi korban ledakan SMAN 72 di RSIJ mulai membaik
Baca juga: Dua korban ledakan masih dirawat intensif
Ia menceritakan anaknya mengalami trauma karena saat peristiwa ledakan terjadi pada Jumat (7/11) sang anak baru selesai mengikuti acara keputrian di sebelah masjid. Sang anak juga mengalami gangguan pendengaran akibat ledakan tersebut.
"Setiap malam anak saya masih suka menangis mengingat kejadian itu, ingat teman-temannya yang terluka," kata Djumiaty.
Ia menilai pembelajaran trauma healing secara online ini sangat membantu anaknya dan pelajar lainnya. Hal ini membuktikan perhatian pemerintah.
Pewarta: Khaerul Izan
Editor: Syaiful Hakim
Copyright © ANTARA 2025
Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.


















































