Kolaborasi UGM-Roche dorong penguatan skrining retinopati diabetik

2 hours ago 1

Jakarta (ANTARA) - Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tidak Menular Kementerian Kesehatan RI, dr. Siti Nadia Tarmizi, M.Epid., mengatakan pendekatan skrining digital dan tele-oftalmologi yang dikembangkan Fakultas Kedokteran, Kesehatan Masyarakat, dan Keperawatan Universitas Gadjah Mada (FK-KMK UGM) bersama mitra diharapkan menjadi bukti ilmiah yang dapat ditindaklanjuti menjadi kebijakan nasional.

“K-KMK UGM dengan dukungan dari Roche Indonesia dapat menghadirkan pendekatan baru. Kami berharap bahwa metode skrining RD berbasis digital tele-oftalmologi dengan pemanfaatan AI ini dapat menjadi bukti ilmiah yang kedepannya dapat kita terjemahkan menjadi kebijakan nasional," kata Nadia dalam sambutan penandatanganan Perjanjian Kerja Sama antara FK-KMK UGM dan Roche Indonesia untuk percontohan penanganan komprehensif retinopati diabetik (RD).

Baca juga: Kenali berbagai penyebab diabetes melitus berikut ini

Baca juga: Waspada "diabetic foot" jika luka kaki tak kunjung sembuh

Dalam keterangan resmi Roche Indonesia, acara diselenggarakan bertepatan dengan Hari Diabetes Sedunia sebagai upaya memperkuat layanan deteksi dan tata laksana RD di Indonesia.

RD merupakan salah satu penyebab utama gangguan penglihatan pada penyandang diabetes. Dua dari lima atau 43,1 persen orang dewasa dengan diabetes melitus tipe 2 mengalami RD, dan seperempat di antaranya terancam kehilangan penglihatan. Deteksi dan tata laksana dini diketahui dapat mencegah hingga 95 persen risiko kebutaan, namun cakupan skrining populasi baru sekitar 5 persen.

Menurut Nadia, beban diabetes nasional terus meningkat dan menjadi faktor risiko utama bagi RD.

“Persoalan Diabetes ini cukup besar. Prevalensinya menurut survei kesehatan mencapai hampir 30 persen. Artinya sekitar 65 juta masyarakat Indonesia terindikasi mengidap diabetes melitus dan baru 10 juta yang terdeteksi,” ujarnya. Ia menambahkan program skrining kesehatan sejak 2024 telah menemukan 5–7,5 juta kasus baru diabetes, tetapi upaya pengendalian masih terkendala keterbatasan alat dan tenaga kesehatan.

Baca juga: Kenali tanda-tanda diabetes melitus tipe 1 pada anak

Pada kesempatan yang sama, Wakil Rektor Bidang Penelitian, Pengembangan Usaha, dan Kerja Sama UGM, Dr. Danang Sri Hadmoko, mengatakan kolaborasi tersebut menjadi bagian dari upaya memperkuat kapasitas pelayanan mata.

"Masalah kesehatan masyarakat seperti RD memerlukan solusi berbasis bukti yang aplikatif dan berkelanjutan,” katanya.

Ketua pelaksana kerja sama, Prof. dr. Muhammad Bayu Sasongko, M.Epi., Ph.D., Sp.M(K), menjelaskan tiga tantangan utama yang dihadapi, yakni jumlah pasien diabetes yang besar, cakupan skrining yang sangat rendah, dan distribusi tenaga ahli mata yang belum merata.

“Sebagian besar pasien datang sudah dalam kondisi lanjut,” ujarnya.

Model layanan yang dikembangkan dalam program percontohan tersebut mencakup penguatan koordinasi lintas sektor, peningkatan akses layanan bermutu, pemerataan tenaga kesehatan, optimalisasi pembiayaan, serta pemanfaatan data dan teknologi kesehatan.

Bukti ilmiah dari percontohan itu diharapkan menjadi dasar perluasan program dan penyusunan kebijakan kesehatan penglihatan di tingkat nasional.

Baca juga: RSUI-Etana kolaborasi penelitian klinis terapi diabetes melitus tipe 2

Baca juga: Pola hidup sehat langkah cegah diabetes dan hipertensi

Baca juga: Dokter sarankan pasien diabetes konsumsi makanan dengan gula alami

Pewarta: Ida Nurcahyani
Editor: Maria Rosari Dwi Putri
Copyright © ANTARA 2025

Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.

Read Entire Article
Rakyat news | | | |