Kiprah Nina Kurnia Dewi di panggung perempuan berpengaruh 2025

5 hours ago 2

Jakarta (ANTARA) - Kepemimpinan, bagi Nina Kurnia Dewi, bukan sekadar tentang angka dan hasil akhir, melainkan tentang kasih sayang, pertumbuhan bersama, dan kontribusi nyata bagi banyak pihak.

Di ruang kerjanya yang sibuk sebagai Direktur Keuangan, Manajemen Risiko, dan SDM Perum LKBN ANTARA, Nina menjalani peran itu dengan tekad untuk terus belajar, memberdayakan tim, dan menjalin hubungan harmonis dengan seluruh pemangku kepentingan, termasuk atasan dan mitra strategis.

Filosofi itulah yang membawanya meraih pengakuan nasional: dinobatkan sebagai salah satu dari "500 Most Outstanding Women 2025" versi Majalah Infobank. Sebuah penghargaan yang tak hanya mencerminkan pencapaian, tetapi juga nilai-nilai kepemimpinan yang menginspirasi.

Bukan hanya untuk dirinya, baginya penghargaan itu juga merupakan sebuah apresiasi bagi perusahaan yang ia pimpin.

"Secara pribadi, Alhamdulillah, ini merupakan pengakuan dari pihak luar terhadap peran kami di Perum LKBN ANTARA, sekaligus cerminan bahwa perusahaan kami memiliki kinerja yang sehat dan berkelanjutan," tuturnya.

Mulanya, angka 500 tampak biasa saja bagi perempuan kelahiran Pekalongan 18 Mei 1971 tersebut. Namun kemudian ia menyadari makna lebih dalam ketika melihat daftar nama lain yang juga menerima penghargaan ini: para menteri perempuan dan pemimpin lembaga keuangan nasional.

"Hal ini menambah syukur dan memotivasi saya untuk terus bekerja lebih baik," katanya.

Mendedikasikan kepemimpinan untuk keberlanjutan BUMN

Di balik sederet pencapaian dan posisi strategis yang diemban Nina, terdapat perjalanan panjang yang dibangun dengan fondasi ilmu, pengalaman, dan komitmen yang kuat terhadap transformasi organisasi.

Nina adalah lulusan Sarjana Teknologi Pertanian dari Institut Pertanian Bogor (IPB), yang kemudian melanjutkan pendidikannya ke jenjang magister di luar negeri.

Melalui beasiswa prestisius Australian Development Scholarship (ADS), ia meraih gelar Master of Business Administration dari The University of Queensland Business School, Australia.

Tak berhenti di sana, Nina juga berhasil meraih gelar Doktor Manajemen Bisnis dari IPB University, dengan disertasi yang menyoroti pengembangan kepemimpinan perempuan untuk keberlanjutan BUMN.

Kredensial akademik yang mumpuni ini menjadi pijakan kuat dalam perjalanannya membangun karier di sektor strategis. Sejak tahun 2023, Nina dipercaya menjabat sebagai Direktur Keuangan dan Manajemen Risiko Perum LKBN ANTARA.

Peran tersebut tak hanya menuntut kecermatan dalam pengelolaan keuangan dan risiko, tetapi juga visi jangka panjang dalam mendukung kinerja bisnis media nasional di tengah dinamika industri yang terus berubah. Ia juga ditunjuk sebagai Komisaris di PT Antara ETP pada tahun 2023, memperluas tanggung jawabnya dalam pengawasan dan tata kelola perusahaan.

Di luar struktur perusahaan, Nina aktif berkontribusi dalam berbagai organisasi strategis. Ia menjabat sebagai Ketua Bidang 9 Marketing, Branding & External Communication Forum Human Capital Indonesia (FHCI) sekaligus anggota Srikandi BUMN, forum perempuan BUMN yang mendorong kepemimpinan inklusif.

Kontribusinya tak hanya hadir di lingkup nasional, tetapi juga dalam jejaring alumni dan komunitas. Nina dipercaya sebagai Ketua Paguyuban Alumni Pekalongan IPB dan Ketua Dewan Pembina Yayasan Kesejahteraan Karyawan Perum Antara (YKKPA), yang menunjukkan kepeduliannya terhadap pemberdayaan alumni dan kesejahteraan pegawai.

Sebelum berkarya di Perum LKBN ANTARA, Nina mengukir rekam jejak penting di PT Jamkrindo, lembaga penjaminan terbesar di Indonesia. Di sana, ia pernah menjabat sebagai Direktur Keuangan, MSDM dan Manajemen Risiko, serta menduduki beberapa posisi strategis lainnya seperti Kepala Divisi Pemeringkatan UMKM & Konsultasi Manajemen, Kepala Wilayah I Jawa-Sumatera, dan Kepala Cabang Mataram NTB.

Beragam posisi ini memperkaya perspektifnya tentang pengelolaan risiko, keuangan publik, serta pengembangan UMKM sebagai tulang punggung perekonomian nasional.

Di tengah kepadatan tanggung jawab, Nina tetap berkomitmen memperkuat kompetensinya. Ia memiliki sejumlah sertifikasi profesional bergengsi, seperti Qualified Risk Governance Professional (QRGP), Chartered Accountant Professional, dan Certified HR Director (BNSP) serta Certified Professional Management Accountant (CPMA).

Peluang, tantangan, dan peran nyata

Menjadi satu-satunya direktur perempuan di lingkungan direksi LKBN ANTARA bukanlah hal yang ringan, bukan karena kekurangan dukungan, tetapi karena ekspektasi yang menyertainya.

Ada sesuatu yang teduh namun tegas dalam cara Nina memaknai kepemimpinan perempuan. Ia tidak melihat perannya sebagai pengecualian, apalagi sebagai simbolisasi semata. Ia hadir sepenuhnya—dengan kompetensi, visi, dan kesadaran bahwa ruang yang ia tempati bukan hasil karpet merah, melainkan perjalanan panjang yang ditempuh dengan kerja nyata.

"Saya tidak percaya pada konsep ‘jalan yang dimuluskan hanya karena perempuan.’ Dunia sudah memberi banyak pintu terbuka. Sekarang tinggal bagaimana kita, sebagai perempuan, punya keberanian dan kesiapan untuk masuk," ujar Nina.

Baginya, tantangan bukan sekadar membuktikan diri di tengah kultur yang dominan maskulin, melainkan membentuk persepsi baru tentang kepemimpinan. Bahwa ketegasan bisa berjalan beriringan dengan empati. Bahwa kepemimpinan tidak harus dibungkus dengan gaya keras untuk dianggap efektif.

"Saya melihat peluang saat ini sudah cukup besar. Kita tidak perlu minta diistimewakan, tapi harus mampu menunjukkan bahwa kita memang pantas. Harga diri perempuan, menurut saya, dibangun bukan dari belas kasih, melainkan dari kontribusi yang nyata."

Sebagai pemimpin, Nina tak hanya hadir untuk menjalankan peran struktural, tetapi juga menjadi representasi bahwa perubahan budaya bisa dimulai dari keberanian untuk hadir dengan jati diri yang utuh.

Ia mengutip laporan McKinsey (2020), yang menyebut perempuan unggul dalam eksekusi, empati, pelayanan, dan antusiasme, kualitas yang bisa menyempurnakan kepemimpinan yang terlalu lama hanya didefinisikan dari sisi maskulin.

"Perempuan hadir bukan untuk bersaing, tapi untuk melengkapi," katanya, seolah mengingatkan bahwa kehadiran perempuan di pucuk kepemimpinan bukan ancaman, melainkan penguatan.

Namun di balik peran-peran strategis yang diembannya, ada satu medan yang jauh lebih sunyi dan menuntut: rumah.

"Tantangan terbesar saya adalah menyeimbangkan peran sebagai istri dan ibu," ucapnya.

Di tengah budaya patriarki yang kerap membuat perempuan merasa cukup jika menjadi pendamping suami dan ibu anak-anak yang baik, Nina memilih percaya bahwa perempuan bisa memberi lebih. Tapi tentu saja, itu bukan perjuangan seorang diri.

"Kuncinya ada di komitmen sejak awal dengan pasangan. Harus saling mendukung dan membangun sistem dukungan yang kuat dari suami, anak, ART, tetangga, hingga keluarga besar," ungkapnya.

Langkah strategis dalam kepemimpinannya selalu dimulai dari hati yang mau memahami. Ia belajar mengenal karakter organisasi yang dipimpinnya, lalu menyisipkan nilai tambah yang mungkin kecil, tapi mampu menghadirkan warna.

"Saya mencoba beradaptasi dengan memberikan warna berbeda. Mudah-mudahan ini bisa menciptakan suasana yang lebih harmonis dan kondusif," katanya.

Baginya, ilmu bukan untuk ditimbun. Ia percaya bahwa dengan berbagi, kita tak kehilangan, justru bertumbuh.

"Kalau saya ibaratkan seperti gelas yang terus saya tuang ke orang lain, maka saya harus ingat untuk selalu mengisi ulang gelas saya dari sumber yang lain," katanya sambil tersenyum, menyiratkan lelah yang diubah menjadi semangat.

Dalam membangun tim, ia percaya pada kepercayaan. Setiap anggota punya kekuatan, asal dikenali dan disatukan dalam arah yang sama.

"Solidaritas lahir dari kepercayaan dan kolaborasi. Kita rayakan keberhasilan bersama, dan belajar dari kegagalan secara adil," katanya.

Kepada para perempuan muda yang tengah ragu melangkah, Nina menyampaikan harapan dalam bentuk pesan:

"Ujilah nyali dan kemampuan diri. Tapi jangan lupa menjaga diri sebaik mungkin dari risiko perundungan dan pelecehan. Pelajari tata caranya, karena kita punya hak untuk aman."

Ia percaya, perubahan bisa dimulai dari satu keputusan untuk berani memimpin.

"Kalau ada kesempatan, ambillah. Karena dengan memimpin, kita bisa mendorong arah menjadi lebih baik," tambah Nina.

Baca juga: OJK dan PIISEI tingkatkan literasi keuangan perempuan Indonesia

Baca juga: UNDP apresiasi Indonesia libatkan perempuan dalam pembangunan desa

Editor: Sri Haryati
Copyright © ANTARA 2025

Read Entire Article
Rakyat news | | | |