Purwokerto (ANTARA) - Kepala Kantor Kementerian Agama (Kemenag) Kabupaten Banyumas Ibnu Asaddudin mengajak para santri untuk terus mengembangkan diri dan berperan aktif dalam pengelolaan sumber daya daerah tanpa meninggalkan jati diri sebagai insan pesantren.
“Perkembangan santri itu tantangan dari zaman dulu. Santri harus siap dipanggil negara kapan saja, siap menjadi apa saja, tapi tidak boleh meninggalkan jati dirinya,” kata Ibnu Asaddudin di sela Apel Peringatan Hari Santri Nasional X Tahun 2025 di Alun-Alun Purwokerto, Kabupaten Banyumas, Jawa Tengah, Rabu.
Menurut dia, era saat ini menuntut santri agar tidak hanya fokus pada pengajian dan pendidikan agama, namun juga mampu hadir di berbagai bidang seperti ekonomi, olahraga, seni, dan musik.
Dengan begitu, kata dia, santri dapat berkontribusi nyata di tengah masyarakat.
Baca juga: Hari Santri, Pemkab Banyumas berdayakan pesantren di sektor produktif
Ia menilai pesantren dan masyarakat umum perlu saling membuka diri agar tidak terjadi kesalahpahaman sebagaimana sempat mencuat dalam pemberitaan salah satu televisi swasta nasional beberapa waktu lalu.
“Pondok pesantren yang dulu seakan-akan tertutup harus membuka diri dan masyarakat juga harus mengenal karakter santri dengan lebih baik,” katanya.
Ia mengatakan sinergi lintas sektor sangat penting dalam membangun pesantren yang mandiri dan produktif.
Menurut dia, pemerintah, perguruan tinggi, dunia usaha, hingga perbankan, harus berkolaborasi membantu penguatan kapasitas santri.
Baca juga: Hari santri dan akar tradisi nusantara
“Kalau semua stakeholder (pemangku kepentingan) di Banyumas dan Indonesia turun tangan, saatnya santri bisa menguasai dunia. Sesuai tagline Hari Santri Nasional Tahun 2025,” katanya.
Menurut dia, pemerintah selama ini terus berupaya memberikan dukungan sesuai kemampuan. Meskipun demikian dia mengatakan kemandirian pesantren tetap harus diperkuat melalui kerja sama berbagai pihak, termasuk dengan perbankan dan Bank Indonesia (BI).
“Sinergi dengan BI sudah terwujud melalui program hijau, masjid hijau, santri berprestasi, hingga pesantren mandiri. Semua bergerak agar Indonesia tetap tenang gara-gara santri,” katanya.
Ia mengatakan di Kabupaten Banyumas terdapat sekitar 7.000 santri yang belajar di 221 pondok pesantren dengan total lebih dari 2.000 ustadz.
Baca juga: Wahai santri, kuatkan diri dan jangan berkecil hati
Menurut dia, sebagian besar pembiayaan pesantren selama ini masih ditanggung para kiai.
“Banyak pesantren yang santrinya dari kalangan tidak mampu dan para kiai yang menanggung biayanya. Karena itu masyarakat perlu memahami karakter pesantren yang sesungguhnya,” kata Ibnu Asaddudin.
Oleh karena itu, kata dia, pesantren dan masyarakat harus terus bersinergi dan saling memahami agar semangat kebersamaan dalam membangun Indonesia tetap terjaga.
“Tidak boleh menutup diri, karena Indonesia milik kita semua,” kata Ibnu Asaddudin.
Baca juga: Populer kemarin, Hari Santri hingga usulan Marsinah jadi pahlawan
Pewarta: Sumarwoto
Editor: Risbiani Fardaniah
Copyright © ANTARA 2025
Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.