Jakarta (ANTARA) - Firma real estat dan investasi global asal Malaysia, Juwai IQI, memperkirakan pertumbuhan ekonomi Indonesia pada 2025 berada di kisaran 4,5 hingga 5 persen.
Chief Economist Juwai IQI Shan Saeed mengatakan, pihaknya optimistis terhadap prospek ekonomi Indonesia berkat upaya Pemerintah menjaga stabilitas makroekonomi.
"Kami di Juwai IQI cukup bullish terhadap prospek ekonomi Indonesia karena stabilitas makro yang terjaga, baik dari sisi politik, ekonomi, maupun keuangan. Pemerintah berada di jalur yang benar dan berhasil mempertahankan kepercayaan ekonomi di dalam negeri," kata Shan dalam Media Briefing: Outlook Ekonomi Indonesia 2025 di Jakarta, Senin.
Proyeksi tersebut dinilai sejalan dengan ekspektasi pasar dan prediksi sejumlah lembaga internasional.
Menurut Shan, faktor-faktor seperti pola konsumsi domestik yang masih solid, aliran investasi asing yang deras berkat demografi lebih dari 280 juta penduduk, serta ketahanan sektor moneter dan fiskal menjadi pendorong utama optimisme tersebut.
Ia juga memuji langkah Bank Indonesia (BI) dalam mempertahankan stabilitas struktural, termasuk menjaga suku bunga di level 5,75 persen dan stabilitas nilai tukar rupiah.
“Ketika berbicara soal stabilitas struktural, ada tiga komponen utama yakni politik, siklus ekonomi dan fundamental struktural. Jadi secara keseluruhan saya pikir rupiah hingga akhir tahun seharusnya diperdagangkan di kisaran Rp16.000 sampai dengan Rp16.500 (per dolar AS) yang merupakan nilai wajar,” jelasnya.
Lebih lanjut, Shan menyebut Indonesia tetap menjadi negara yang relevan bagi investor global.
Ia juga menyinggung adanya laporan lembaga keuangan internasional dari perusahaan keuangan internasional seperti Goldman Sachs dan J.P. Morgan yang juga memperkirakan Indonesia akan masuk ke jajaran 10 besar ekonomi dunia pada 2035.
“Jadi secara keseluruhan, saya rasa sebagai investor global, kami cukup optimistis. Kami rasa negara ini (Indonesia) dapat membuat kemajuan signifikan dalam hal pertumbuhan produk domestik bruto,” tuturnya.
Meski demikian, dalam laporan Bank Dunia terbaru bertajuk The Macro Poverty (MPO) Outlook edisi April 2025, Bank Dunia (World Bank) memangkas proyeksi pertumbuhan ekonomi Indonesia menjadi 4,7 persen pada 2025.
Angka tersebut lebih rendah dibandingkan dengan proyeksi sebelumnya yang sebesar 5,1 persen yang disampaikan pada Oktober 2024.
Adapun dalam acara terpisah, Ketua Dewan Komisioner (DK) Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Mahendra Siregar menyampaikan motor pertumbuhan perekonomian harus semakin terdiversifikasi atau tidak semata menggantungkan kepada motor pertumbuhan yang selama ini menjadi tumpuan secara nasional.
Menurut Mahendra, perkembangan dari motor-motor pertumbuhan yang berbasis kepada pertumbuhan ekonomi dalam negeri domestik menjadi lebih penting, apalagi mengingat kondisi perekonomian global yang diperkirakan melambat.
“Domestik artinya pertumbuhan ekonomi daerah di setiap provinsi, kabupaten, kota dan tentu kawasan wilayah spasial yang terkait di bawahnya. Ini yang menjadi taruhan bagi kita apakah pertumbuhan ekonomi nasional kita akan bisa tetap terjaga atau sepenuhnya tergantung dan terdampak dari perkembangan ekonomi global,” kata Mahendra dalam acara Konferensi Nasional di Jakarta, Senin.
Baca juga: Ekonom asing yakin prospek ekonomi RI bisa tumbuh hingga 5 persen
Baca juga: Ekonom sebut RI punya modal peluang di tengah tantangan global
Baca juga: Indef sarankan pemerintah beri insentif pajak berbasis kinerja
Pewarta: Bayu Saputra
Editor: Agus Salim
Copyright © ANTARA 2025