Jakarta (ANTARA) - Pemerintah Provinsi DKI Jakarta mengoperasikan proyek uji coba pengelolaan sampah kolaboratif di enam kelurahan terpilih sebagai upaya memperkuat pengelolaan sampah secara berkelanjutan berbasis wilayah.
"Kolaborasi ini menjadi langkah strategis untuk menciptakan kelurahan yang mandiri dan berkelanjutan dalam mengelola sampahnya,” ujar Kepala Dinas Lingkungan Hidup DKI Jakarta Asep Kuswanto di Jakarta, Rabu.
Adapun enam lokasi yang menjadi sasaran proyek contoh (pilot project) yaitu RW 07 Kelurahan Johar Baru (Jakarta Pusat), RW 04 Kelurahan Pegangsaan Dua (Jakarta Utara), RW 05 Kelurahan Pengadungan (Jakarta Barat), RW 07 Kelurahan Ulujami (Jakarta Selatan), RW 17 Kelurahan Klender (Jakarta Timur), dan Pulau Sancang di Kelurahan Pulau Pari (Kepulauan Seribu).
Baca juga: KLH: Jakarta paling siap menjadi contoh kota yang kelola sampah
Asep berharap hasil dari kolaborasi yakni adanya sosialisasi, edukasi, pelatihan, dan pendampingan kepada seluruh rumah tangga di lokasi RW yang menjadi pilot project tersebut, serta penyediaan infrastruktur dan sarana pendukung.
“Data capaian proyek seperti peningkatan jumlah rumah yang memilah sampah dan pengurangan volume sampah menjadi salah satu indikator keberhasilan pilot project ini,” kata dia.
Dinas Lingkungan Hidup, sambung dia, akan melakukan monitoring dan evaluasi ketat selama satu tahun pertama. Nantinya, proyek ini menjadi model yang dapat direplikasi di 261 kelurahan lainnya sebagai praktik baik dalam pengelolaan sampah yang berkelanjutan.
"Melalui pilot project ini, kami ingin mengintegrasikan berbagai kontribusi seperti infrastruktur, teknologi, edukasi, pelatihan dan pendampingan dalam sistem pengelolaan sampah berbasis wilayah," ujar Asep.
Baca juga: Menimbulkan bau, lokasi parkir truk sampah diprotes warga Semper Barat
Sementara itu, Staf Khusus Gubernur DKI Jakarta Bidang Pembangunan dan Tata Kota, Nirwono Joga mengatakan, aksi nyata melalui pelaksanaan pilot project pengelolaan sampah kolaboratif selaras dengan visi Jakarta sebagai kota global berperingkat ke-50 besar dunia pada 2029.
Salah satu indikatornya adalah pengelolaan sampah yang terintegrasi dan berkelanjutan.
“Jakarta menghasilkan sekitar 8.000 ton sampah per hari. Jika dibagi ke 267 kelurahan, maka masing-masing kelurahan perlu mengurangi sekitar 29,96 ton per hari. Ini bisa dicapai jika setiap kelurahan mengedepankan inovasi dan kolaborasi dalam mengelola sampah,” jelasnya.
Nirwono mengatakan Jakarta dapat mengidentifikasi tiga kategori kelurahan berdasarkan keberhasilan pengurangan sampah.
Baca juga: Menteri LH kembali minta RDF Rorotan segera beroperasi tangani sampah
Pertama yakni kategori bebas sampah, yang berhasil mengurangi timbulan sampah secara signifikan. Kedua, kategori bebas sampah parsial, yang masih dalam proses menuju kategori rendah sampah dan ketiga belum bebas sampah, wilayah yang mengalami kesulitan dalam hal pengurangan dan pengurangan sampah.
Dia mengatakan, bagi kelurahan yang masuk kategori bebas sampah, dapat menjadi pusat pembelajaran bagi kelurahan lainnya. Sedangkan kelurahan yang belum bebas sampah akan menjadi prioritas pendamping oleh DLH.
"Jika target ini tercapai di 267 kelurahan, maka bisa terbentuk sistem pengelolaan sampah mandiri yang berkelanjutan di tingkat wilayah,” kata Nirwono.
Pewarta: Lia Wanadriani Santosa
Editor: Ganet Dirgantara
Copyright © ANTARA 2025
Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.