Jakarta (ANTARA) - Gubernur DKI Jakarta Pramono Anung Wibowo mendukung langkah Gubernur Jawa Barat Dedi Mulyadi yang membatasi pembangunan vila di Puncak, Bogor, sebagai upaya mencegah banjir terjadi lagi di kemudian hari.
Pramono juga meminta agar masyarakat tidak lagi membangun vila di kawasan Puncak.
Baca juga: Menteri LH ajak setop investasi vila di Puncak demi lingkungan asri
“Saya termasuk yang setuju kalau memang dilakukan pembatasan untuk membangun vila-vila di Puncak. Siapapun itu yang akan membangun, bukan hanya warga Jakarta, warga dari manapun harus dibatasi karena hal ini terlihat dari beberapa banjir yang terjadi, terutama yang terakhir kemarin,” kata Pramono saat dijumpai di Jakarta, Selasa.
Menurut Pramono curah hujan tinggi yang terjadi baru-baru ini tidak lagi terjadi di kawasan atas yakni Danau Ciawi dan Sukamahi.
Baca juga: Pemkab Bogor mulai mendata vila-vila liar di Kawasan Wisata Puncak
Tetapi, lanjut Pramono, hujan lebat terjadi di wilayah bawah yang sudah dipenuhi dengan tempat wisata, vila hingga penginapan.
Sehingga tata ruang di kawasan Puncak Bogor rusak dan menyebabkan banjir di wilayah hilir.
“Kita akan menerapkan dengan cara lain. Misalnya kan ada Pajak Bumi dan Bangunan (PBB). Kalau dia punya vila kan menjadi tambahan dari PBB baru. Nah yang begitu-begitu akan kita terapkan,” kata Pramono.
Sebelumnya, Gubernur Jawa Barat Dedi Mulyadi meminta agar warga Jakarta tidak lagi membangun vila dan sejenisnya di kawasan Puncak Bogor.
Baca juga: Pj Bupati Bogor kini incar vila liar setelah tertibkan PKL Puncak
Pernyataan ini buntut banjir yang melanda Jakarta, Bekasi, hingga Depok yang disebut imbas dari rusaknya lanskap di hulu Sungai Ciliwung.
"Paling utamanya juga warga yang tinggal di Jakarta. Jangan lagi bangun-bangunan vila dan sejenisnya di Puncak. Kenapa? Kalau kemudian sekarang airnya ke Jakarta ya karena mereka cari tempat untuk tidur," kata Dedi.
Dedi pun akan berbicara dengan Gubernur Pramono Anung terkait masalah banjir yang merendam wilayah Jakarta.
Pewarta: Lifia Mawaddah Putri
Editor: Ganet Dirgantara
Copyright © ANTARA 2025