Beijing (ANTARA) - Pemerintah China berharap Perdana Menteri Jepang yang baru, Sanae Takaichi, menghormati komitmen politik yang telah disepakati kedua negara.
“Kami berharap Jepang bekerja sama dengan China, mematuhi prinsip yang tertuang dalam empat dokumen politik antara kedua negara,” kata Juru Bicara Kementerian Luar Negeri China Guo Jiakun dalam konferensi pers di Beijing, Selasa (21/10).
Takaichi mencetak sejarah sebagai perdana menteri perempuan pertama Jepang setelah memenangkan pemungutan suara di parlemen pada Selasa sore.
Pada 4 Oktober 2025, perempuan berusia 64 tahun itu lebih dulu terpilih sebagai Ketua Partai Demokrat Liberal (LDP). Posisi tersebut menjadikannya kandidat terkuat untuk posisi perdana menteri.
“Kami mengetahui hasil pemungutan suara tersebut dan menganggapnya sebagai urusan internal Jepang. China dan Jepang adalah negara bertetangga,” ujar Guo Jiakun.
Ia menegaskan posisi China terhadap Jepang tetap konsisten.
“Kami berharap Jepang menghormati komitmen politiknya atas isu-isu sejarah dan Taiwan, menjunjung tinggi fondasi hubungan bilateral, serta memajukan kemitraan strategis yang saling menguntungkan,” tambahnya.
Takaichi yang didukung mitra koalisi baru LDP, Partai Inovasi Jepang (JIP), menggantikan Shigeru Ishiba yang mundur dari jabatan perdana menteri dan ketua partai pada September 2025.
Kemenangannya menandai momen bersejarah di Jepang, negara dengan tingkat representasi politik perempuan yang rendah di antara negara-negara maju.
Baca juga: PM: Jepang akan kurangi hambatan, tingkatkan koordinasi dengan China
Lahir pada 7 Maret 1961 di Prefektur Nara, Takaichi berasal dari keluarga sederhana. Ayahnya buruh pabrik otomotif dan ibunya polisi prefektur.
Lulusan Universitas Kobe itu melanjutkan studi di Institut Pemerintahan dan Manajemen Matsushita. Ia dikenal sebagai pekerja keras dan pernah menjadi penabuh drum band heavy metal saat kuliah.
Sebelum terjun ke politik, Takaichi bekerja sebagai pembawa acara di TV Asahi dan Fuji TV. Ia memenangkan kursi pertamanya di parlemen pada 1993 dan kemudian bergabung dengan LDP.
Sebagai murid politik mantan PM Shinzo Abe, Takaichi pernah menjabat di kabinet Abe dan Fumio Kishida. Ia juga dikenal kerap mengunjungi Kuil Yasukuni, simbol kontroversial masa perang Jepang.
Berhaluan konservatif dan nasionalis, Takaichi sering disebut “Wanita Besi” Jepang karena gaya kepemimpinannya yang tegas ala Margaret Thatcher.
Baca juga: China siap lanjutkan kerja sama dengan Jepang seusai pemilu parlemen
Pewarta: Desca Lidya Natalia
Editor: Rahmad Nasution
Copyright © ANTARA 2025
Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.