China gelar parade akbar peringati 80 tahun kemenangan dalam PD II

2 weeks ago 13

Beijing (ANTARA) - China menggelar parade militer akbar di pusat kota Beijing pada Rabu (3/9) untuk memperingati 80 tahun kemenangannya dalam Perang Dunia II, menjanjikan komitmen negara tersebut terhadap pembangunan yang damai di dunia yang masih dipenuhi gejolak dan ketidakpastian.

Struktur-struktur yang menjulang tinggi dan berbentuk seperti Tembok Besar berdiri di Lapangan Tian'anmen, melambangkan keberanian dan solidaritas bangsa China dalam melawan agresi asing.

Presiden China Xi Jinping, yang juga merupakan Sekretaris Jenderal Komite Sentral Partai Komunis China (Communist Party of China/CPC) sekaligus Ketua Komisi Militer Sentral China, mengawasi parade akbar tersebut dan meninjau pasukan.

Berdiri di samping Xi di Mimbar Tian'anmen adalah Presiden Rusia Vladimir Putin dan Kim Jong Un, pemimpin tertinggi Republik Rakyat Demokratik Korea (RRDK), bersama dengan lebih dari 20 pemimpin negara lainnya.

Perwakilan dari para pendukung perjuangan China dalam Perang Dunia II, atau anggota keluarga mereka, dari negara-negara seperti Rusia, Amerika Serikat, Inggris, Prancis, dan Kanada, turut diundang ke acara tersebut.

Ini adalah kali kedua sejak 2015 China menyelenggarakan parade militer untuk memperingati kemenangan yang diperoleh dengan susah payah dalam Perang Perlawanan Rakyat China Melawan Agresi Jepang dan Perang Antifasis Dunia. Dalam pidatonya, Xi meminta agar PLA memberikan dukungan strategis untuk peremajaan bangsa China.

Sejumlah helikopter terbang di atas Lapangan Tian'anmen membawa spanduk-spanduk bertuliskan "Keadilan Berjaya", "Perdamaian Berjaya", dan "Rakyat Berjaya". Pasukan berbaris dalam formasi yang rapat dan kuat, wajah mereka memancarkan keyakinan dan kebanggaan. Barisan tank, artileri, dan peralatan militer baru lainnya bergemuruh di sepanjang lapangan.

Xi menyampaikan pidato sebelum parade militer dimulai. Menekankan pentingnya kemenangan 80 tahun silam, Xi mengatakan bahwa ini menandai kemenangan mutlak pertama China melawan agresi asing di sejarah modern.

Xi mengatakan bahwa rakyat China memberikan kontribusi besar bagi penyelamatan peradaban manusia dan pertahanan perdamaian dunia dengan pengorbanan yang tak terkira dalam perang. Xi menyerukan kepada semua negara untuk "menyingkirkan akar penyebab perang dan mencegah terulangnya tragedi historis."

Jepang secara resmi menyerah pada 2 September 1945 dengan menandatangani Instrumen Penyerahan Diri. China menetapkan 3 September sebagai Hari Kemenangan.

Formasi 80 spanduk yang menandai penghormatan kepada unit-unit militer yang heroik dalam perang tersebut berbaris melewati Lapangan Tian'anmen, menyoroti posisi China sebagai negara pertama yang bangkit melawan agresi fasis dengan perlawanan terlama yang dimulai pada 1931.

Negara tersebut melawan dan menyerang lebih dari separuh pasukan luar negeri Jepang, yang merenggut 35 juta nyawa dari kalangan pasukan militer maupun warga sipil, mencakup sekitar sepertiga dari seluruh korban Perang Dunia II di seluruh dunia.

Lebih dari 10.000 personel militer, bersama 100 lebih pesawat dan ratusan persenjataan darat, diatur dalam formasi-formasi berdasarkan sistem komando masa perang. Sistem layanan dan persenjataan baru Tentara Pembebasan Rakyat (People's Liberation Army/PLA) China, yang merupakan hasil reformasi militer di bawah kepemimpinan Xi, juga dipertunjukkan untuk pertama kalinya.

Persenjataan mutakhir yang dipamerkan mencakup intelijen nirawak dan counter-unmanned equipment (C-UAS), rudal hipersonik, senjata berenergi terarah, sistem pengacau (jamming) elektronik, dan persenjataan strategis yang mampu melakukan serangan global.

Dalam pidatonya, Xi meminta agar PLA memberikan dukungan strategis untuk peremajaan bangsa China

Xi menegaskan kembali komitmen China terhadap pembangunan yang damai. "Umat manusia kembali dihadapkan pada pilihan antara damai atau perang, dialog atau konfrontasi, dan hasil yang saling menguntungkan atau permainan menang-kalah (zero-sum)," tuturnya.

Tentara China yang berpartisipasi dalam operasi penjagaan perdamaian Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) berbaris melewati Lapangan Tian'anmen, menandai keikutsertaan pertama mereka dalam parade Hari Kemenangan. "Kita memiliki kemampuan untuk mempertahankan perdamaian yang ditempa dengan darah para pendahulu kita," kata Shao Xiaoguang, seorang anggota pasukan yang ditinjau yang sebelumnya bertugas dalam misi penjagaan perdamaian di Republik Demokratik Kongo.

Ini juga merupakan parade militer pertama sejak Xi memimpin China memulai "perjalanan baru untuk mewujudkan modernisasi China dalam segala aspek." Negara tersebut telah menyusun peta jalan untuk mencapai modernisasi per 2035 mendatang.

"Delapan puluh tahun yang lalu, kita bangkit kembali. Delapan puluh tahun kemudian, kita berkembang dengan vitalitas yang bahkan lebih besar," kata Lyu Shouye, mahasiswa pascasarjana di bidang kecerdasan buatan (artificial intelligence/AI) yang hadir sebagai penonton dalam acara tersebut.

"Sekarang negara kita telah mencapai tahap di mana kita perlu memikul tanggung jawab yang lebih besar," katanya. Selesai

Pewarta: Xinhua
Editor: Aditya Eko Sigit Wicaksono
Copyright © ANTARA 2025

Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.

Read Entire Article
Rakyat news | | | |