China dorong kerja sama keamanan dalam Dialog Shangri-La

3 months ago 11

Singapura (ANTARA) - Pada Dialog Shangri-La ke-22 di Singapura, delegasi China mengatakan bahwa China akan menjunjung tinggi tiga inisiatif global dan menyatakan kesediaannya untuk bekerja sama di bawah kerangka kerja komunitas Asia Pasifik dengan masa depan bersama.

Dalam acara tersebut, konferensi tingkat tinggi pertahanan utama Asia yang diadakan dari Jumat (30/5) hingga Minggu (1/6), para peserta dan analis internasional mengatakan pendekatan China terhadap keamanan regional, yang memberi penekanan pada dialog, pembangunan, dan perdamaian, sejalan dengan prioritas kawasan tersebut.

Sebaliknya, mereka memperingatkan bahwa retorika dan tindakan yang ditujukan untuk konfrontasi berisiko menjauhkan mitra regional dan tidak akan bertahan untuk jangka panjang.

Kerja sama mendorong stabilitas

"Pembangunan China dimulai di Asia-Pasifik, dimungkinkan oleh Asia-Pasifik, dan berkontribusi terhadap Asia-Pasifik," ujar Wakil Presiden Universitas Pertahanan Nasional Tentara Pembebasan Rakyat (People's Liberation Army/PLA) China Hu Gangfeng dalam sebuah sesi khusus pada Sabtu (31/5).

Hu mengatakan China selalu memajukan keamanan regional dengan tindakan nyata, menangani dan menyelesaikan konflik dan perselisihan dengan baik, secara aktif mendorong deeskalasi dan stabilisasi isu-isu "panas" di kawasan, bekerja sama dengan negara-negara lain di kawasan untuk terus menjaga keamanan dan stabilitas, mendukung pembangunan bersama, dan memfasilitasi perdamaian.

Dalam beberapa tahun terakhir, China telah secara aktif berpartisipasi dalam platform dialog untuk menjelaskan inisiatifnya, membangun kepercayaan, dan membina kerja sama. Dengan dukungan dari 100 lebih negara serta organisasi internasional dan regional, Inisiatif Keamanan Global (Global Security Initiative/GSI) telah menjadi konsensus internasional yang memiliki pengaruh global.

Presiden Center for New Inclusive Asia di Malaysia Koh King Kee mengatakan bahwa secara historis, China telah menjunjung tinggi semangat kerja sama, keuntungan bersama, keterbukaan, dan inklusivitas.

"Pendekatan China dalam mencari titik temu dan tetap menghormati perbedaan serta berbagi tanggung jawab keamanan dan pembangunan, tidak hanya menunjukkan rasa tanggung jawab globalnya, tetapi juga mencerminkan kepentingan bersama dari banyak negara berkembang," katanya.

Di tengah meningkatnya ketidakpastian global dan ketegangan geopolitik, banyak delegasi menyuarakan dukungan terhadap penekanan China pada dialog dan konsultasi untuk mengatasi perbedaan.

Chairman Institut Kajian Strategis dan Internasional Myanmar U Thant Kyaw mengatakan bahwa GSI dan konsep-konsep terkait dapat membantu mendorong solidaritas dalam mengatasi tantangan bersama.

Menurutnya, gagasan-gagasan ini sangat penting dalam meningkatkan kohesi antarbangsa, mendorong kepercayaan timbal balik, dan menyempurnakan sistem tata kelola keamanan global.

"Proposal yang berpusat pada rakyat ini didasarkan pada rasa saling menghormati, non-interferensi, inklusivitas, dan penerimaan terhadap budaya yang beragam, yang sangat penting untuk mempromosikan tatanan multipolar yang damai dan sejahtera," ujar pakar politik di International Islamic University Malaysia Lee Pei May.

Orang-orang berseragam melakukan tugas keamanan di luar Hotel Shangri-La, tempat diselenggarakannya Dialog Shangri-La ke-22 di Singapura, 30 Mei 2025. ANTARA/Xinhua/Then Chih Wey

Perpecahan merusak keamanan

"Beberapa klaim adalah kebohongan tak berdasar, beberapa lainnya hanyalah fakta yang diputarbalikkan, dan sisanya merupakan tindakan menyalahkan pihak lain atas kesalahan sendiri, yang semuanya bertujuan untuk memprovokasi masalah, menciptakan perpecahan, memicu konfrontasi, dan mengganggu kestabilan Asia Pasifik," ujar Hu saat menanggapi pernyataan-pernyataan konfrontatif yang disampaikan dalam dialog tersebut.

Ia menambahkan bahwa tindakan seperti itu tidak hanya bertentangan dengan tren zaman, tetapi juga "tidak mendapat dukungan publik dan pasti akan gagal."

Profesor di Universitas Pertahanan Nasional PLA yang juga merupakan anggota delegasi Liu Wanxia mengatakan kepada Xinhua bahwa apa yang disebut sebagai "Strategi Indo-Pasifik" AS, yang dirancang untuk mendukung aliansi dan menahan negara-negara lain, menimbulkan destabilisasi di kawasan itu.

Beberapa pakar berpendapat bahwa peningkatan kekuatan militer dan retorika permusuhan semakin tidak sesuai dengan realitas di kawasan itu.

Para pengamat mengatakan advokasi berkelanjutan China untuk visi keamanan bersama, komprehensif, kooperatif, dan berkelanjutan sangat kontras dengan sikap konfrontatif beberapa negara Barat.

Alih-alih mengucilkan atau menekan, China menawarkan kerangka kerja yang didasarkan pada dialog dan respek, kata para pengamat.

Direktur Indonesia-China Partnership Studies Institute Veronika Saraswati mengatakan kepada Xinhua bahwa keamanan kooperatif menawarkan fondasi yang paling andal untuk perdamaian jangka panjang.

"Keamanan kooperatif adalah pendekatan yang tepat untuk memastikan stabilitas jangka panjang di kawasan mana pun, karena pendekatan ini menumbuhkan kepercayaan, interdependensi, dan mekanisme penyelesaian konflik yang lebih kuat dibanding unilateralisme atau pengancaman militeristik," katanya.

Pewarta: Xinhua
Editor: Benardy Ferdiansyah
Copyright © ANTARA 2025

Read Entire Article
Rakyat news | | | |