Jakarta (ANTARA) - Chile menjadi rumah terbesar bagi komunitas diaspora Palestina di luar Timur Tengah, dengan jumlah populasi mencapai sekitar 400.000 hingga 500.000 orang, sebagian besar merupakan keturunan generasi kedua hingga keempat dari para imigran yang tiba pada akhir abad ke-19 dan awal abad ke-20.
Dengan catatan itu, tentu hubungan antara Palestina dan Chile sudah berlangsung lama, berakar dari sejarah panjang migrasi, budaya, dan solidaritas politik yang telah terbina lebih dari satu abad. Berikut ulasan mengenai hubungan kedua negara, merangkum dari berbagai sumber:
Baca juga: Menlu RI tegas di ICJ: Hak Palestina terus dilanggar Israel
Awal migrasi: Krisis di Kekaisaran Ottoman
Gelombang pertama migrasi Palestina ke Chile bermula pada masa akhir Kekaisaran Ottoman, sekitar tahun 1885 hingga 1940. Pada saat itu, wilayah Palestina bersama dengan Suriah dan Lebanon mengalami krisis ekonomi, ketegangan sosial, serta penindasan terhadap gerakan nasionalis Arab awal. Faktor-faktor ini mendorong banyak keluarga Arab, terutama dari kota-kota Kristen seperti Bethlehem, Beit Jala, dan Beit Sahour, untuk mencari kehidupan yang lebih baik di luar negeri.
Menurut Ricardo Marzuca, selaku akademisi dari Pusat Studi Arab Universitas Chile, imigran Palestina pada masa itu melihat Amerika sebagai "dunia baru" penuh harapan. Banyak dari mereka menempuh perjalanan darat ke pelabuhan-pelabuhan di Timur Tengah seperti Haifa dan Jaffa, lalu menyeberang ke Eropa dan melanjutkan perjalanan melintasi Samudra Atlantik. Sesampainya di Buenos Aires, Argentina, sebagian besar tidak menetap, melainkan menyeberangi Pegunungan Andes menuju Chile, yang kala itu menawarkan iklim politik lebih stabil, kebebasan lebih luas, serta peluang ekonomi yang menjanjikan.
Baca juga: Mahasiswa Columbia dibebaskan hakim AS usai protes pro-Palestina
Integrasi dan kontribusi di Chile
Sesampainya di Chile, para imigran Palestina umumnya memulai hidup sebagai pedagang kecil, khususnya di sektor tekstil. Seiring waktu, mereka berhasil membangun posisi kuat dalam dunia bisnis, industri, politik, hingga akademisi. Pepatah lokal bahkan menyebutkan, "Di setiap kota di Chile, pasti ada seorang pastor, seorang polisi, dan seorang Palestina," mencerminkan betapa luasnya persebaran dan pengaruh komunitas ini.
Beberapa institusi penting yang dibentuk komunitas Palestina di Chile antara lain Komunitas Palestina di Chile, Yayasan Belén 2000, Klub Sosial Palestina di Santiago, dan tentu saja, Klub sepak bola Deportivo Palestino—sebuah klub yang berdiri pada 1920 di Osorno dan hingga kini berkompetisi di divisi utama Liga Chile.
Klub Palestino tidak hanya dikenal sebagai kekuatan olahraga, tetapi juga sebagai simbol identitas nasional Palestina. Kostum klub ini memadukan warna hitam, putih, hijau, dan merah dari bendera Palestina, dengan lengan seragam kiri menampilkan peta wilayah historis Palestina sebelum pembentukan Israel.
Baca juga: DPR ajak boikot produk Israel wujud dukungan ke Palestina
Hubungan diplomatik dan solidaritas politik
Hubungan politik antara Chile dan Palestina juga memiliki sejarah yang panjang. Pada masa Presiden Salvador Allende (1970-1973), Chile mengadopsi kebijakan luar negeri pro-Arab sejalan dengan pendekatan solidaritas terhadap negara-negara Dunia Ketiga. Namun, hubungan ini sempat merenggang setelah kudeta militer oleh Augusto Pinochet yang mempererat hubungan dengan Israel.
Kebangkitan kembali hubungan erat dengan Palestina terjadi setelah kembalinya demokrasi di Chile pada 1990. Pada tahun tersebut, Organisasi Pembebasan Palestina (PLO) membuka kantor informasi di Santiago, yang kemudian diakui sebagai Perwakilan Palestina pada 1994, setelah perjanjian Oslo. Pada 7 Januari 2011, Chile secara resmi mengakui Palestina sebagai negara "bebas, demokratis, dan berdaulat," serta meningkatkan status kantor perwakilan Palestina menjadi kedutaan.
Selain itu, Chile menjadi negara pertama di Amerika Latin yang membuka kantor perwakilan di Ramallah pada 1998, untuk memperkuat hubungan bilateral dengan Palestina melalui serangkaian nota kesepahaman dan perjanjian kerja sama di bidang kesehatan, budaya, pendidikan, dan ekonomi.
Baca juga: PBB minta Israel cabut blokade bantuan kemanusiaan ke Gaza
Keterlibatan generasi baru
Dalam beberapa dekade terakhir, keterlibatan politik diaspora Palestina di Chile semakin kuat, seiring dengan lahirnya generasi baru yang lebih sadar politik. Tokoh seperti Daniel Jadue, Wali Kota Recoleta dari Partai Komunis Chile, menjadi salah satu figur penting yang secara vokal mendukung perjuangan Palestina di ranah politik nasional.
Gerakan solidaritas terhadap Palestina kini meluas tidak hanya di kalangan diaspora, tetapi juga di masyarakat Chile pada umumnya. Aksi-aksi demonstrasi, kampanye sosial, hingga partisipasi dalam pemboikotan produk-produk yang terkait dengan Israel, menunjukkan kedekatan emosional yang kuat antara rakyat Chile dan perjuangan Palestina.
Presiden Chile saat ini, Gabriel Boric, juga dikenal memiliki sikap kritis terhadap kebijakan Israel. Ia pernah menarik pulang duta besar Chile dari Tel Aviv pada 2023 sebagai bentuk protes terhadap tindakan militer Israel di Gaza, sekaligus menyumbangkan dana kemanusiaan sebesar 200.000 dolar AS untuk membantu korban di Palestina.
Baca juga: Parlemen Inggris desak Israel beri izin ICRC ke tahanan Palestina
Pengaruh budaya Palestina di Chile
Di kawasan Patronato, Santiago, bendera Palestina menghiasi jalanan sempit, toko-toko menjual makanan khas Timur Tengah seperti baklava, falafel, dan pita, serta komunitas diaspora Palestina menjaga tradisi budaya yang diwariskan dari nenek moyang mereka. Universitas Chile bahkan memiliki pusat studi Arab yang aktif mengkaji budaya dan politik Arab.
Identitas Palestina di Chile digambarkan sebagai “kapsul waktu,” sebagaimana disebut oleh Mauricio Amar, akademisi di Pusat Studi Arab Eugenio Chahuán. Tradisi dan nilai-nilai budaya yang dibawa para imigran pada akhir abad ke-19 masih dipelihara hingga hari ini, menjadi penghubung yang kuat antara Chile dan tanah leluhur di Palestina.
Sejarah panjang migrasi, integrasi, dan solidaritas ini membuat hubungan antara Palestina dan Chile sangat istimewa. Kedekatan kedua bangsa ini bukan hanya sebatas hubungan diplomatik formal, tetapi juga berakar dari hubungan emosional, sosial, budaya, dan politik yang telah dibangun selama lebih dari satu abad.
Dalam setiap aspek kehidupan, baik di bidang ekonomi, sosial, budaya, maupun politik, komunitas Palestina di Chile terus memainkan peran penting dalam menjaga ikatan kuat antara kedua negara, sekaligus memperjuangkan hak-hak rakyat Palestina di panggung internasional.
Baca juga: Palestina desak PBB tetapkan Jalur Gaza sebagai zona kelaparan
Baca juga: Uni Eropa desak Israel cabut blokade, buka akses bantuan ke Gaza
Pewarta: Raihan Fadilah
Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2025