Cegah tawuran remaja dengan perbanyak ruang dialog

18 hours ago 4

Jakarta (ANTARA) - Psikolog dan dosen Universitas Gadjah Mada Novi Poespita Chandra mengatakan untuk mencegah tawuran pada remaja di bulan Ramadhan bisa dilakukan dengan memperbanyak membangun dialog dan merangkul anak muda untuk mengubah kesadarannya.

“Memang kita semua harus berpikir bersama-sama kira-kira ide apa yang bisa kita gunakan untuk merangkul anak-anak ini. Memindah dia dari satu cara berpikir yang merusak seperti itu ke cara berpikir yang memberi manfaat dan itu harus dibantu oleh masyarakat gitu,” kata Novi ketika dihubungi ANTARA, Selasa.

Novi mengatakan, otak manusia akan belajar lebih efektif kalau berkelompok, maka itu dialog dan merangkul anak muda untuk mengarahkan ke kegiatan yang lebih positif akan lebih mudah jika dilakukan secara kolektif dan dilakukan bersama seluruh masyarakat.

Baca juga: Psikolog: Remaja tawuran karena kurang kegiatan bermakna

Sehingga ada konektivitas antara otak remaja yang satu dan remaja lainnya untuk sama-sama berubah, dibandingkan jika hanya menasehati atau memberi sanksi pada satu per satu individu.

Dialog juga bisa dimulai dari rumah bersama orang tua, dengan meningkatkan intensitas berinteraksi secara tatap muka ketika di rumah. Di era digital saat ini kata Novi, banyak anak remaja tidak “menjadi manusia” karena ada tantangan distraksi sehingga tidak ada fasilitas untuk berdialog karena sibuk dengan gadget.

“Kita ini jarang membangun interaksi yang dalam dan dialog dengan anak-anak kita. Nah ini menjadi akar permasalahan yang nanti berdampak ke mana-mana sehingga anak ini merasa, satu, dia tidak punya tempat untuk bertanya ini itu. Cara belajarnya dia hanya satu, dia cuma lihat gadget saja, sama dia hanya berinteraksi sama teman-temannya dia yang kalau beruntung baik, tapi kalau nggak beruntung ya teman-temannya yang pasti nggak baik,” katanya.

Baca juga: Polisi tangkap tiga remaja yang simpan senjata tajam untuk tawuran

Novi juga mengatakan orang tua boleh menghukum anak jika terlibat tawuran dengan time out atau grounded tidak boleh keluar rumah. Namun saat anak menjalani hukuman ini, ia menyarankan untuk menggunakan waktu tersebut dengan mengobrol dan interaksi positif antara orang tua dan anak.

Dengan berkomunikasi, orang tua bisa menanyakan apa yang membuat anak merasa kurang diperhatikan sehingga harus melakukan tawuran, atau meminta maaf jika belum memberikan perhatian lebih pada anak.

Cara ini bisa mengembalikan kedekatan anak dan orang tua sehingga anak merasa ada tempat berlindung dan meluapkan perasaannya ketimbang melakukan hal yang merugikan. Ruang dialog juga bisa dilakukan di sekolah bersama dengan guru.

Baca juga: Polres Jakpus tingkatkan patroli untuk cegah aksi tawuran

Baca juga: Pemkot Jaktim bentuk Satgas Antitawuran wujudkan lingkungan kondusif

Pewarta: Fitra Ashari
Editor: Siti Zulaikha
Copyright © ANTARA 2025

Read Entire Article
Rakyat news | | | |