Jakarta (ANTARA) - Fenomena hewan dengan warna tubuh serba putih, kerap membuat banyak orang tertarik dan penasaran. Tak sedikit juga yang menganggapnya unik dan indah. Padahal kondisi tersebut sebenarnya disebabkan oleh kelainan genetik yang disebut albinisme.
Albinisme tidak hanya terjadi pada manusia, tetapi juga bisa dialami oleh hewan, bahkan tumbuhan. Kondisi ini membuat makhluk hidup kekurangan, atau sama sekali tidak memiliki pigmen melanin, yakni zat penting yang menentukan warna kulit, bulu, sisik, maupun mata, membuat makhluk hidup memiliki warna pucat dan berbeda dari spesies lain.
Baca juga: Orangutan albino mulai mengkonsumsi beragam makanan
Penyebab hewan mengalami albino
Albinisme atau albino ini adalah suatu kondisi langka yang tidak menular. Di mana inti dari albino ini adalah sekelompok gen yang mengendalikan produksi melanin. Pada hewan albino ini sendiri, satu atau lebih gen itu akan bermutasi sehingga mengganggu produksi melanin.
Melanin ini diproduksi oleh suatu sel yang terletak di kulit dan folikel rambut yang disebut dengan melanosit. Adapun pada hewan albino, mutasi sel tersebut menghambat enzim tyrosinase yang perannya sangat penting dalam mengkonversi asam amino tirosin menjadi melanin.
Akhirnya hewan albino kekurangan albinisme parsial atau bahkan tidak mempunyai melanin sama sekali (albinisme lengkap), yang merupakan pigmen utama dalam penentuan warna kulit, bulu dan mata.
Perlu diketahui bahwa hewan non-mamalia juga bisa mengalami albino. Karena hewan non-mamalia memproduksi pigmen lain selain melanin, maka hewan non-mamalia yang mengalami albino tidak akan sepenuhnya berwarna putih.
Hewan mamalia yang albino pun juga bisa menunjukkan beberapa warna apabila gen penghasil melanin hewan tersebut belum rusak sepenuhnya.
Baca juga: Orangutan Albino dilepasliarkan ke taman nasional
Ciri-ciri hewan albino
Namun, tidak semua hewan putih adalah albino. Ada beberapa tanda yang bisa dikenali untuk membedakan hewan albino dengan hewan berwarna putih biasa, antara lain:
1. Memiliki kulit, bulu, atau sisik berwarna putih atau pucat.
2. Mata berwarna merah atau terang, di mana warna merah tersebut berasal dari pembuluh darah yang berada di dalam mata, yang terlihat saat tidak ada melanin.
Baca juga: Pergerakan panda albino langka terlihat di China
Tantangan hewan albino di alam liar
Di balik sisi keindahannya, hewan albino juga ternyata mengalami kesulitan dalam bertahan hidup. Warna putih yang mencolok membuat mereka sulit berkamuflase dari predator maupun ketika sedang berburu mangsa.
Hewan biasanya akan berkamuflase untuk bertahan hidup dari serangan predator ataupun untuk memangsa. Namun karena hewan albino berwarna putih, dirinya sulit untuk berbaur dengan lingkungan dan menjadi sasaran empuk bagi para predatornya.
Tidak hanya itu, hewan albino juga cenderung lemah, sebab akan mengalami berbagai masalah kesehatan, seperti rentan terhadap cahaya matahari, mengalami kanker kulit, memiliki penglihatan yang buruk, hingga rentan terhadap kebutaan karena melanin sangat penting bagi perkembangan saraf optik.
Dari sisi sosial, hewan albino pun kerap mengalami kesulitan dalam berkomunikasi dan mencari pasangan, karena warna tubuh yang berbeda dianggap sebagai “anomali” di kalangan spesiesnya.
Di dunia, terdapat beberapa hewan albino yang telah ditemukan, diantaranya gorila jantan di Guinea Spanyol, buaya di Amerika, lumba-lumba bottlenose di AS, serta koala albino, burung murai, paus, dan wallaby di Australia.
Sementara di Indonesia, ditemukan Alba, orangutan albino di Kalimantan dan Alby, kukang albino Sumatera.
Fenomena albino, kelainan genetik ini nyatanya tidak hanya terjadi pada manusia. Meski tampak indah dan langka, kondisi albino justru membawa tantangan besar bagi makhluk hidup yang mengalaminya, mulai dari ancaman predator, masalah kesehatan, hingga kesulitan dalam perkawinan. Oleh karena itu, hewan albino sering kali membutuhkan perhatian lebih, baik di habitat liar maupun di penangkaran.
Baca juga: Alba si orangutan albino bisa beradaptasi dengan habitat aslinya
Pewarta: Putri Atika Chairulia
Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2025
Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.