BRIN kembangkan teknologi untuk optimalkan ekstraksi minyak atsiri

2 hours ago 1

Jakarta (ANTARA) - Peneliti Pusat Riset Teknologi dan Proses Pangan, Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) Imroah Ikarini mengembangkan teknologi untuk mengoptimalkan ekstraksi minyak atsiri yang bersumber dari limbah kulit jeruk.

"Ini adalah teknologi pre-treatment menggunakan Pulse Electric Field atau PEF yang dikombinasikan dengan Ohmic Assisted Hydro-Distillation (OHD) untuk meningkatkan komposisi fitokimia dan profil volatil dari minyak atsiri kulit jeruk," kata Ikarini dalam webinar yang diikuti secara daring di Jakarta, Jumat.

Ikarini menjelaskan riset ini dilakukan dengan melihat banyaknya limbah kulit jeruk yang pada umumnya belum dimanfaatkan oleh kebanyakan orang. Padahal, minyak atsiri yang bisa didapatkan dari limbah kulit jeruk bisa diolah menjadi berbagai produk antibakteri, parfum, hingga kosmetik.

Meskipun terdapat sejumlah pihak yang sudah mengolah limbah kulit jeruk ini, lanjut dia, pengolahannya selama ini masih menggunakan teknologi yang konvensional seperti hydro-distillation, steam distillation, dan juga cold press.

"Namun dalam hal ini kita menemukan beberapa kelemahan lah istilahnya dari metode-metode konvensional ini, di antaranya adalah waktu distilasinya yang lama. Kemudian dengan waktu ekstraksi yang lama tersebut, rendemen yang dihasilkan juga lebih rendah, dan juga akhirnya akan menimbulkan konsumsi energi yang lebih tinggi," jelas dia.

Baca juga: BRIN teliti rafflesia di Palupuh pastikan filogenetik di Malaysia

Maka dari itu, Ikarini mengembangkan teknologi ekstraksi dengan menggabungkan teknologi ohmic dalam proses distilasi ini.

Adapun bedanya dengan teknologi konvensional, jelas dia, teknologi OHD yang diciptakannya ini bisa mencapai titik didih lebih singkat, sekitar 10 menit. Hal ini lebih cepat dibandingkan dengan teknologi konvensional yang membutuhkan 25-30 menit untuk mencapai titik didihnya.

Secara hasil, papar Ikarini, minyak atsiri yang dihasilkan memiliki kualitas yang tidak jauh berbeda. Bahkan, minyak atsiri yang dihasilkan melalui teknologi OHD ciptaannya memiliki putaran optik yang lebih tinggi, senyawa ester yang bertambah hingga 50 persen, hingga jumlah rendemen yang meningkat hingga 25 persen.

"Dalam hal ini, karena ini masih pengembangan, (maka) untuk investasi alat dan kontrol parameternya memang masih kompleks. Namun, kami terus mengembangkan bagaimana supaya lebih mempermudah lagi, lebih ringkas dan mudah untuk penggunaan alat ini bisa mobile," ucap Ikarini.

Melalui ciptaannya ini, Ikarini mengharapkan alat tersebut dapat diproduksi secara massal, serta dapat dibuat dengan skala yang lebih besar, agar semakin banyak limbah kulit jeruk yang bisa dimanfaatkan, hingga menjadi standar teknologi hijau untuk distilasi minyak atsiri di Indonesia.

Baca juga: HPT tantangan kembalikan kejayaan lada Babel

Baca juga: BRIN: Petani lada banyak beralih jadi penambang timah

Pewarta: Sean Filo Muhamad
Editor: Triono Subagyo
Copyright © ANTARA 2025

Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.

Read Entire Article
Rakyat news | | | |