BRIN dorong solusi berbasis alam guna perbaiki ekosistem gambut Sumsel

3 weeks ago 8

Jakarta (ANTARA) - Peneliti Pusat Riset Ekologi, Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), Budi H. Narendra mendorong implementasi solusi berbasis alam atau Nature-based Solutions (NbS) dalam memperbaiki ekosistem gambut di Sumatera Selatan (Sumsel)

Melalui keterangan di Jakarta, Jumat, Budi menjelaskan penanganan terhadap ekosistem gambut di Sumsel menjadi penting, sebab wilayah tersebut rawa gambut tropis terbesar di Indonesia dengan luas sekitar 1,2 juta hektare yang tersebar terutama di Ogan Komering Ilir, Banyuasin, dan Musi Banyuasin.

"NbS adalah tindakan untuk melindungi, mengelola secara berkelanjutan, dan memulihkan ekosistem alami maupun terdegradasi untuk menjawab tantangan sosial serta memberikan manfaat bagi keanekaragaman hayati," katanya.

Baca juga: Pemprov Sumsel minta dukungan berbagai pihak dalam restorasi gambut

Budi memaparkan kerentanan ekosistem gambut semakin terlihat pasca kebakaran masif tahun 2015 dan 2019 yang melanda lebih dari 600 ribu hektare, yang berpengaruh pada degradasi ekosistem, penurunan keanekaragaman hayati, hilangnya sumber penghidupan masyarakat desa gambut, serta peningkatan emisi karbon.

Ia meyakini pendekatan NbS sangat relevan bagi ekosistem gambut Sumsel, karena mengandalkan proses alami tanpa memutus relasi ekologis yang sudah terbentuk selama ribuan tahun. Budi menyebut NbS sebagai "pendekatan ilmiah yang tetap menghormati cara alam bekerja" sekaligus mengintegrasikan kearifan lokal masyarakat di lanskap gambut.s

"Keberhasilan restorasi hanya mungkin jika fungsi lindung, konservasi, dan produksi berjalan secara seimbang," ujarnya.

Budi memaparkan empat strategi utama dalam penerapan NbS di lanskap gambut Sumsel, di antaranya Rewetting, yaitu mengembalikan air ke gambut yang bertujuan menjaga gambut tetap basah, menekan risiko kebakaran, dan memulihkan stabilitas hidrologi. Selanjutnya, rehabilitasi vegetasi.

Ia menyebut penanaman kembali jenis-jenis asli, seperti Shorea balangeran dan Dyera lowii, serta pengembangan paludikultur (sagu, purun, kopi rawa), membantu meningkatkan tutupan lahan dan penyerapan karbon, sekaligus membuka peluang ekonomi.

Ketiga, kata Budi, konservasi keanekaragaman hayati. Restorasi habitat alami mendukung regenerasi fauna rawa seperti ikan lokal dan burung air migran dan terakhir pemanfaatan berkelanjutan.

"NbS menekankan integrasi ekologis dan ekonomi, seperti Hasil Hutan Bukan Kayu (HHBK) bernilai tambah, pertanian organik, hingga ekowisata. Pemanfaatan ini dilakukan tanpa mengurangi kapasitas ekosistem untuk pulih, sebuah prinsip dasar keberlanjutan," ucapnya.

Baca juga: Anggota DPR apresiasi program revitalisasi ekonomi BRGM di Sumsel

Baca juga: BRG fasilitasi restorasi 656.884 ha gambut di Sumsel

Budi juga menekankan keberhasilan restorasi sangat bergantung pada partisipasi masyarakat desa gambut, dimana pendekatan partisipatif menjadikan masyarakat bukan objek, melainkan aktor kunci dalam pemulihan gambut.

"Kami meyakini bahwa Sumsel berpotensi menjadi model nasional restorasi gambut tropis melalui NbS bila pendanaan hijau, riset berkelanjutan, dan kolaborasi multipihak terus diperkuat," tutur Budi H. Narendra.

Pewarta: Sean Filo Muhamad
Editor: Endang Sukarelawati
Copyright © ANTARA 2025

Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.

Read Entire Article
Rakyat news | | | |