Jakarta (ANTARA) - Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) meraih rekor Museum Rekor-Dunia Indonesia (MURI) untuk kategori produksi senyawa baku pembanding dengan ketersediaan terbanyak, yaitu sebanyak 810 senyawa.
Adapun baku pembanding adalah suatu bahan dengan kemurnian tertentu yang digunakan untuk menganalisis sampel guna mengetahui kualitasnya.
Kepala BPOM Taruna Ikrar menyebutkan, baku pembanding menjadi parameter yang penting untuk memberikan jaminan kualitas dan keamanan produk serta memastikan bahwa klaim produk sesuai dengan kenyataannya.
Taruna mengatakan di Jakarta, Jumat, bahwa inovasi baku pembanding dan metode analisis terstandar adalah upaya BPOM untuk meningkatkan perlindungan masyarakat terhadap obat dan makanan berrisiko. Menurutnya, produksi baku pembanding juga dapat mengurangi ketergantungan akan baku pembanding impor.
"Klaimnya misalnya efikasinya berapa persen. Apakah itu berbicara safety, berbicara efikasi, berbicara quality. Tentu berbasis evidence-based. Dan bicara evidence-based, yang paling penting adalah scientific base-nya. Scientific-based-nya adalah baku pembanding," kata Taruna.
Baca juga: Universitas Papua raih dua rekor MURI, penggunaan noken dan mahkota
Mengingat pentingnya hal tersebut, BPOM telah berkolaborasi untuk mengkoleksi dan membandingkan baku pembanding ini, hingga mencapai 810 senyawa.
"Sebagai seorang saintis ini bisa menghasilkan ribuan karya ilmiah berdasarkan baku-baku pembanding itu. Dan kita tahu bahwa saintifik baku pembanding itu menjadi reference semua orang di seluruh dunia. Dan tinggal bagaimana standarisasinya itu, tingkat kepercayaannya dipercaya," katanya.
Dia mengatakan, selama lima tahun terakhir, permintaan baku pembanding dari laboratorium eksternal ke BPOM mencapai sekitar 86 persen, yang menunjukkan tingginya kepercayaan pelanggan terhadap institusi itu.
Menurutnya, hal ini sesuai dengan filosofi BPOM, yakni melayani dan berkontribusi bagi publik dari hulu hingga ke hilir.
Selama dia memimpin BPOM, kata Taruna, sudah ada 1,2 juta surat yang diterbitkan, mulai dari izin uji klinis, izin edar, cara pembuatan obat yang baik, distribusi obat, izin impor, hingga izin ekspor.
Dia menyebutkan, surat-surat itu diterbitkan untuk 600 ribu industri kecil hingga besar, yang total keuntungannya mencapai hingga Rp 6.000 triliun.
Dengan pencapaian tersebut, katanya, pihaknya berkomitmen untuk terus meningkatkan kontribusi serta perannya dalam pertumbuhan ekonomi nasional.
"Kita harus dukung Bapak Presiden kita 8 persen pertumbuhan ekonomi, untuk masuk ke ekonomi dengan grade ekonomi high income, yaitu Rp12,5 juta per tahun per individu. Target kita Badan POM ini sangat besar perannya," katanya.
Baca juga: Sanggar Tari Ayodya Pala pecahkan rekor dunia MURI
Pewarta: Mecca Yumna Ning Prisie
Editor: Triono Subagyo
Copyright © ANTARA 2025
Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.


















































