Ciamis (ANTARA) - Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Ciamis, Jawa Barat, mengingatkan warga untuk mewaspadai bencana tanah bergerak yang berdasarkan kajian Badan Geologi masih terjadi di Kecamatan Panumbangan dan Rajadesa, yang dapat merusak bangunan rumah dan membahayakan jiwa.
"Masyarakat yang tinggal dan beraktivitas di lokasi bencana agar meningkatkan kewaspadaan, terutama pada saat hujan," kata Kepala Pelaksana BPBD Kabupaten Ciamis Ani Supiani saat dihubungi melalui telepon seluler, Jumat.
Ia menuturkan bencana tanah bergerak saat ini terjadi di Desa Payungagung, Kecamatan Panumbangan, dengan jumlah rumah yang terdampak sebanyak 56 rumah terdiri dari 69 Kepala Keluarga (KK) atau 195 jiwa. Selanjutnya di Desa Sukajaya, Kecamatan Rajadesa, yang terdampak 16 rumah terdiri dari 19 KK atau 47 jiwa.
Dua daerah itu, kata dia, sudah dilakukan kajian oleh Badan Geologi yang hasilnya untuk wilayah Panumbangan sudah terbit Mei 2024. Sedangkan kajian untuk Rajadesa terbit Oktober 2025 yang hasilnya masih terdapat potensi tanah bergerak.
Baca juga: BPBD Ciamis tangani bencana tanah bergerak di dua kecamatan
"Hasil pengamatan di lapangan memperlihatkan masih terdapatnya potensi gerakan tanah susulan," katanya.
Ia menjelaskan hasil kajian Badan Geologi untuk daerah Panumbangan jenis gerakan tanah merupakan longsoran rotasi dengan bidang gelincir dalam dan bergerak secara lambat atau merayap dengan arah longsoran relatif ke selatan.
Titik longsoran, kata dia, berada di atas bukit area pemakaman dengan panjang sekitar 146 meter, retakan dengan lebar 20-50 centimeter, kemudian penurunan tanah sekitar 1-2 meter, akibatnya ada dorongan dari atas sehingga menyebabkan rumah rusak, lantai retak, dan bangunan miring.
Ia menyampaikan hasil kesimpulan dan rekomendasi di Panumbangan untuk segera dilakukan perbaikan saluran drainase, kemudian rumah yang terdampak untuk direlokasi ke tempat aman, apabila tidak direlokasi maka bangunannya harus menyesuaikan dengan bangunan tahan terhadap tanah bergerak.
"Rumah yang rusak dan terancam harap mewaspadai pergerakan tanah di lokasi tersebut, jika muncul retakan dan bertambah besar, segera mengungsi ke tempat yang aman," katanya.
Baca juga: BPBD Ciamis sebut 47 jiwa mengungsi dampak tanah bergerak
Untuk daerah Rajadesa, lanjutnya, terdapat tanah bergerak tipe lambat yaitu rayapan yang didominasi retakan pada bagian atas tengah hingga bawah lereng dengan retakan berbeda-beda 2-10 centimeter.
Faktor penyebab tanah bergerak, kata Ani, secara umum karena pengaruh kemiringan lereng, kondisi tanah pelapukan dari endapan vulkanik yang gembur, sarang, kemudian mudah luruh terkena air, dan semakin terpicu pergerakannya ketika curah hujan dengan intensitas tinggi.
"Gerakan tanah pada lokasi ini akan terus berulang apabila curah hujan dengan intensitas tinggi terjadi, serta tidak ada perlakuan atau penimbunan retakan-retakan yang ada," katanya.
Ia menambahkan sampai saat ini warga yang terdampak mengungsi ke rumah saudaranya, dan sampai saat ini belum ada yang direlokasi. "Belum ada relokasi," katanya.
Baca juga: BPBD Ciamis: Tanah bergerak di Mekarwangi masih berpotensi terjadi
Pewarta: Feri Purnama
Editor: Risbiani Fardaniah
Copyright © ANTARA 2025
Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.


















































