Yogyakarta (ANTARA) - Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) menyiapkan operasi modifikasi cuaca (OMC) untuk memindahkan hujan ke laut guna mencegah potensi bencana hidrometeorologi di provinsi ini.
"Kami ada operasi modifikasi cuaca (OMC), itu sebenarnya intervensi terhadap kondisi cuaca yang berpotensi menimbulkan terjadinya cuaca ekstrem, hujan yang terlalu lebat," ujar Kepala Pelaksana BPBD DIY Agustinus Ruruh Haryata saat dihubungi di Yogyakarta, Jumat.
Ruruh Haryata menyebut rekayasa cuaca itu disiapkan mengingat DIY kini berstatus siaga darurat bencana hidrometeorologi.
Status tersebut tertuang dalam SK Gubernur DIY Nomor 347/2025 yang berlaku sejak 20 Oktober hingga 19 November 2025 dan dapat diperpanjang menyesuaikan kondisi.
Baca juga: BPBD DIY perbarui peta rawan bencana memasuki musim hujan
Pelaksanaan teknis OMC, kata dia, bakal dilakukan oleh Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), sementara BPBD DIY menyiapkan dasar regulasi melalui penetapan status tersebut.
"Kami hanya menyiapkan dari sisi regulasi. Pemda sudah mengeluarkan, melalui Pak Gubernur itu, SK Gub tentang siaga bencana Hidrometeorologi, dari SK itu nanti bisa menjadi dasar BNPB untuk melakukan intervensi OMC tadi," ujar dia.
Menurut Ruruh, penerapan OMC di DIY baru kali pertama dilakukan. Teknologi tersebut digunakan untuk mengarahkan potensi hujan lebat yang berada di daratan ke arah laut agar tidak menimbulkan risiko bencana.
"Intinya itu nanti hujan diarahkan, digeser ke laut. Jadi kalau potensi hujan berada di posisi daratan akan digeser, melalui intervensi teknologi, ke laut," ujarnya.
Mengenai waktu pelaksanaan OMC, menurut Ruruh, bergantung pada prediksi cuaca, utamanya jika muncul indikasi cuaca ekstrem.
"Tergantung cuacanya seperti apa, kalau ada prediksi cuaca yang ekstrem, mungkin BNPB akan melakukan upaya itu," ujar dia.
Baca juga: DIY perpanjang Status Siaga Darurat Hidrometeorologi hingga 8 Mei 2025
Ruruh memastikan tidak ada dampak negatif saat nantinya teknologi tersebut diterapkan.
"Tentunya 'enggak' (ada dampak negatif). Dampaknya dampak positif karena kami mengendalikan supaya tidak timbul potensi bencana," tuturnya.
Selain di level provinsi, menurut dia, kabupaten/kota di wilayah itu telah menyiapkan penetapan status serupa untuk mendukung langkah antisipasi menghadapi puncak musim hujan.
Kepala Stasiun Klimatologi DIY Reni Kraningtyas menyebut curah hujan di DIY pada November 2025 diprediksi berada pada kisaran 201 - 500 mm per bulan dengan sifat hujan di atas normal.
Adapun pada Desember 2025, curah hujan diperkirakan 151 - 500 mm per bulan dengan sifat normal, dan pada Januari 2026 berkisar 201 - 500 mm per bulan dengan sifat normal.
Reni mengimbau masyarakat dan pemerintah daerah di wilayah rawan banjir, tanah longsor, dan angin kencang meningkatkan kewaspadaan menghadapi puncak musim hujan.
"Melakukan tindakan mitigasi bencana meliputi membersihkan saluran-saluran air, memangkas dahan pohon, memastikan kekuatan baliho-baliho di jalan raya dan tindakan-tindakan mitigasi bencana lainnya," ujar Reni.
Baca juga: BPBD: 26 lokasi di Bantul DIY tergenang banjir akibat cuaca ekstrem
Pewarta: Luqman Hakim
Editor: Nurul Hayat
Copyright © ANTARA 2025
Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.


















































