Bantul (ANTARA) - Badan Penanggulangan Bencana Daerah Kabupaten Bantul Daerah Istimewa Yogyakarta telah memasang sebanyak 29 early warning system (EWS) atau sistem peringatan dini di sepanjang pesisir pantai selatan sebagai antisipasi apabila terjadi tsunami akibat gempa bumi atau faktor lain.
"Antisipasi kita untuk penanggulangan tsunami itu dengan 29 EWS yang dipasang di pinggir pantai dan masjid-masjid kawasan pesisir," kata Kepala Pelaksana (Kalak) BPBD Bantul Agus Yuli Herwanto usai menghadiri Apel Kebencanaan Hari Kesiapsiagaan Bencana di Bantul, Ahad.
Menurut dia, sistem peringatan dini yang terkoneksi di Pusat Pengendalian Operasi (Pusdalops) BPBD Bantul tersebut setiap tahun dilakukan pemeliharaan, dan tiap bulan setiap tanggal 26 dilakukan uji coba fungsi alat tersebut.
"Jadi, ada pemeliharaan, dan setiap tanggal 26 harus kita cek, kita ujicoba sistemnya. Tanggal 26 April kemarin kita cek berfungsi semua dan ketika ada kerusakan pada satu-dua alat langsung kita perbaiki," katanya.
Baca juga: Gubernur Khofifah siapkan metode EWS berbasis digital
Baca juga: Intensitas hujan tinggi, BPBD DKI pasang peringatan di 32 lokasi di Jaktim
Meski demikian, peralatan EWS yang dipasang sejak beberapa tahun lalu tersebut sampai sekarang belum ada tambahan, walaupun berdasarkan hasil kajian tim bersama BPBD Bantul, wilayah pesisir pantai selatan butuh tambahan alat EWS.
"Dan secara kajian kita memang butuh tambahan EWS, untuk idealnya berdasarkan hasil kajian kita, seharusnya ada 45 EWS, karena ada pertambahan komunitas masyarakat yang ada di pinggir pantai selatan Bantul," katanya.
Langkah antisipasi kedua terkait ancaman tsunami, BPBD Bantul bersama Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) sudah membentuk kelurahan siaga tsunami yang terdapat di wilayah pesisir pantai.
"Kelurahan Siaga Tsunami sudah dibentuk di Bantul dan sudah diakui UNESCO, kelurahan itu ada di pinggir pantai, yaitu Kelurahan Parangtritis, Tirtohargo, Gadingsari dan Poncosari itu kelurahan siaga tsunami," katanya.
Dia mengatakan, potensi gempa bumi yang bisa maupun tidak menimbulkan gelombang tsunami di Bantul tersebut berasal dari dua sumber, yaitu Sesar Opak untuk gempa bumi di daratan, kemudian lempeng Indo-Australia Eurasia yang bisa berpotensi Megathrust dan tsunami.
"Jadi kita punya dua potensi, yaitu gempa Megathrust dan Sesar Opak. Di Bantul tiap tahun bencana banjir dan longsor, kekeringan, kebakaran itu pasti terjadi, tetapi yang paling berat itu gempa bumi, tsunami semoga tidak terjadi, tetapi harus waspada karena ada potensinya," katanya.*
Baca juga: BNPB: 4 alat peringatan dini banjir lahar Gunung Ibu berfungsi optimal
Baca juga: Banjir bandang lahar dingin gunung jadi perhatian pemerintah pada 2025
Pewarta: Hery Sidik
Editor: Erafzon Saptiyulda AS
Copyright © ANTARA 2025