Ternate (ANTARA) - Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Ternate mengimbau masyarakat untuk waspadai adanya pola konvergensi di sekitar wilayah Maluku Utara yang memicu peningkatan pertumbuhan awan hujan.
"Waspadai dampak hidrometeorologi seperti banjir, banjir bandang, tanah longsor, pohon tumbang, berkurangnya jarak pandang, dan angin kencang,” kata Kepala Stasiun Meteorologi Kelas I Sultan Baabullah Ternate, Sakimin di Ternate, Kamis.
Menurut dia, pihaknya mengeluarkan peringatan terkait potensi cuaca ekstrem yang berpeluang terjadi di wilayah Provinsi Maluku Utara selama periode 17 hingga 23 April 2025.
Selain itu, BMKG mencatat adanya pola konvergensi di sekitar wilayah Maluku Utara yang memicu peningkatan pertumbuhan awan hujan.
Kondisi ini berpotensi menyebabkan hujan dengan intensitas ringan hingga lebat secara fluktuatif, yang bisa terjadi pada pagi, siang, sore, malam, hingga dini hari.
Dia merinci kondisi cuaca mulai 17–18 April 2025 yaitu hujan sedang hingga lebat diprakirakan terjadi di sebagian besar wilayah Kabupaten Pulau Morotai, Halmahera Utara, Halmahera Barat, Halmahera Timur, Halmahera Tengah, Halmahera Selatan, Kepulauan Sula, Pulau Taliabu, serta Kota Ternate dan Kota Tidore Kepulauan.
Begitu pula, pada 19–20 April 2025, hujan serupa masih berpotensi melanda wilayah Kabupaten Pulau Morotai, Halmahera Utara, Halmahera Barat, Halmahera Timur, Halmahera Tengah, Halmahera Selatan, dan Pulau Taliabu.
Baca juga: Hari ini mayoritas kota besar diperkirakan hujan ringan dan berpetir
Baca juga: BMKG: Potensi hujan lebat dan cuaca ekstrem masih tinggi pada April
Dan pada 21–23 April 2025, cuaca ekstrem kembali diprakirakan terjadi di wilayah yang lebih luas, termasuk Kabupaten Pulau Morotai, Halmahera Utara, Halmahera Barat, Halmahera Timur, Halmahera Tengah, Halmahera Selatan, Kepulauan Sula, Pulau Taliabu, serta Kota Ternate dan Kota Tidore Kepulauan.
BMKG mengimbau pemerintah daerah dan instansi terkait, termasuk BPBD, Balai Wilayah Sungai Maluku Utara, dan Dirlantas Polda Maluku Utara untuk mengambil langkah antisipatif, termasuk menghindarkan masyarakat dari zona rawan longsor dan banjir.
Selain itu, masyarakat juga diimbau untuk mengenali potensi bencana di lingkungannya masing-masing serta mulai menerapkan langkah-langkah pengurangan risiko, seperti tidak membuang sampah sembarangan, menjaga kebersihan lingkungan, dan memastikan saluran air tidak tersumbat.
"Koordinasi dan sinergi antarinstansi sangat dibutuhkan untuk meningkatkan kesiapsiagaan menghadapi bencana hidrometeorologi," tambah Sakimin.
Dia berharap masyarakat terus memantau informasi resmi dari BMKG dan tidak terpancing oleh informasi yang tidak dapat dipertanggungjawabkan.
Baca juga: BNPB: Cuaca ekstrem picu banjir dan angin kencang di Bogor
Baca juga: BBMKG terbitkan peringatan dini cuaca ekstrem di sebagian Bali
Baca juga: BMKG: Sejumlah wilayah NTT berpotensi hujan lebat pada 14-15 April
Pewarta: Abdul Fatah
Editor: Budhi Santoso
Copyright © ANTARA 2025