Sampit (ANTARA) - Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Resort Sampit, Kotawaringin Timur (Kotim), Kalimantan Tengah memutuskan melepasliarkan lutung abu-abu yang sebelumnya ditemukan dan diserahkan warga dalam kondisi luka, diduga kuat korban tabrak lari.
“Walaupun belum 100 persen sehat, kami putuskan untuk segera dilepasliarkan. Dia sudah bisa makan dan minum, serta memiliki kemampuan untuk mengobati dirinya sendiri di alam,” kata Kepala BKSDA Resort Sampit Muriansyah di Sampit, Sabtu.
Kegiatan pelepasliaran tersebut turut dibantu Komunitas Pecinta Satwa Liar Sampit. Petugas memastikan lokasi pelepasliaran aman dan memiliki ketersediaan pakan alami.
Ia menyampaikan, kondisi terakhir satwa dengan nama ilmiah Trachypithecus cristatus tersebut telah menunjukkan tanda-tanda membaik. Luka sobek di tubuhnya sudah dijahit, dan perilakunya mulai aktif serta nafsu makannya mulai meningkat.
Baca juga: BKSDA: Masyarakat serahkan 13 burung endemik Maluku yang dilindungi
Dari hasil observasi, tulang tangan lutung itu memang masih mengalami patah ringan. Meski begitu, setelah beberapa pertimbangan pihaknya memutuskan melepasliarkan satwa tersebut pada Kamis malam (16/10).
Satwa primata ini dikembalikan ke alam liar di wilayah hutan Kabupaten Kotawaringin Timur meskipun pemulihannya belum mencapai 100 persen, karena dikhawatirkan akan mengalami stres jika terlalu lama berada di dalam kandang.
“Satwa liar seperti ini sangat rentan stres saat ditangkarkan terlalu lama. Jika stres, dampaknya bisa fatal hingga menyebabkan kematian,” jelasnya.
Ia melanjutkan, spesies seperti lutung dan bekantan memang tergolong sulit direhabilitasi, karena sangat sensitif terhadap kondisi penangkaran. Ketika dikandangkan terlalu lama, meski diberi makanan cukup, satwa ini sering tampak murung dan tidak bersemangat.
Oleh karena itu, keputusan melepasliarkan lutung tersebut lebih awal dari perkiraan sebelumnya pada dasarnya adalah untuk kebaikan satwa itu sendiri.
Baca juga: BKSDA Maluku melepasliarkan 18 ekor ketam kenari ke habitatnya
Pewarta: Muhammad Arif Hidayat/Devita Maulina
Editor: Triono Subagyo
Copyright © ANTARA 2025
Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.